1. Penduduk
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
- Orang yang tinggal di daerah tersebut
- Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
2. Mayarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
3. Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Perkembangan dan Penggandaan Penduduk Dunia
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
- Pertumbuhan penduduk
Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi juga merupakan salah satu identitas dari Negara berkembang. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi ? seperti halnya di Indonesia juga yang merupakan Negara berkembang, salah satu faktornya adalah tingkat usia perkawinan yang terlalu awal menjadi nilai laju penduduk menjadi tinggi. Hal tersebut juga dipengaruhi karena masih minimnya pendidikan yang ada di Negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, pernikahan dengan usia dini sangat marak terjadi. selain itu, tingkat kemajuan dari bidang ilmu kedoketeran dan medis, kesehatan masyarakat, serta sanitasi yang mendukung tidak dibarengi dengan usaha-usaha untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Meskipun program-progam dari pemerinta seperti keluarga berencana (KB), hal tersebut belum terlihat keberhasilannya jika masih kurangnya kesadaran dari masyarakat. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ditandai dengan nilai angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah. Apakah benar pertumbuhan Negara berkembang lebih tinggi daripada Negara berkembang ? mari kita lihat tabel di bawah ini
tingkat pertumbuhan penduduk Negara maju tahun 2006
tingkat pertumbuhan penduduk Negara berkembang tahun 2006
Nah, seperti yang kita lihat diatas, rata-rata pertumbuhan penduduk di Negara berkembang lebih tinggi daripada Negara maju.
- Kepadatan penduduk
Meningkatnya jumlah laju pertumbuhan penduduk juga berimbas pada peningkatan kepadatan penduduk. Sebagian Negara berkembang rata-rata memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Berbagai masalah muncul di segi kepadatan penduduk ini, salah satunya seperti semakin sesaknya suatu daerah, banyaknya rumah yang dikategorikan sebagai pemukiman illegal dan kumuh, melonjaknya harga tanah/properti Karena semakin banyak orang yang membutuhkan, dan lainnya.
Kita bisa lihat tabel di bawah ini kepadatan penduduk terbesar di dunia, salah satunya Indonesia. Dan rata-rata Negara yang mempunyai masalah dengan kepadatan penduduk adalah Negara berkembang.
Negara dengan jumlah penduduk terbesar tahun 2006
Macam Pertumbuhan Penduduk dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya
1. Macam-macam Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pertumbuhan alami, pertumbuhan migrasi, dan pertumbuhan penduduk total.
Pertumbuhan Penduduk Alami
Pertumbuhan penduduk alami adalah pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih kelahiran dan kematian. Pertumbuhan alami dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini. Keterangan:
Pa = L – M
Pa = Pertumbuhan penduduk alami
L = Jumlah kelahiran
M = Jumlah kematian
Pertumbuhan Penduduk Migrasi
Pertumbuhan penduduk migrasi adalah pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih migrasi masuk dan migrasi keluar. Pertumbuhan penduduk migrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini. Keterangan:
Pm = I – E
Pm= Pertumbuhan penduduk migrasi
I = Jumlah imigrasi
E = Jumlah emigrasi
Pertumbuhan Penduduk Total
Pertumbuhan penduduk total adalah pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk migrasi dapat dihitung dengan rumus berikut ini. Keterangan:
P = (L – M) + (I – E)
P = Pertumbuhan penduduk total
L = Jumlah kelahiran
M = Jumlah kematian
I = Jumlah imigrasi
E = Jumlah emigrasi
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk suatu negara secara umum dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis (yang meliputi kelahiran, kematian dan migrasi) serta faktor nondemografi (seperti kesehatan dan tingkat pendidikan). Berikut ini dibahas faktor-faktor demografi yang memengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi.
a. Kelahiran (Natalitas/Fertilitas)
Secara umum angka kelahiran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu angka kelahiran kasar, angka kelahiran khusus, dan angka kelahiran umum.
- Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Angka kelahiran kasar yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran bayi setiap 1.000 penduduk. CBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
CBR : Crude Birth Rate (Angka Kelahiran Kasar)
L : Jumlah kelahiran selama 1 tahun
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
1.000 : Konstanta
Kriteria angka kelahiran kasar (CBR) di bedakan menjadi tiga macam.
- CBR < 20, termasuk kriteria rendah
- CBR antara 20 – 30, termasuk kriteria sedang
- CBR > 30, termasuk kriteria tinggi
- Angka kelahiran khusus (Age Specific Birth Rate/ASBR)
Angka kelahiran khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran bayi setiap 1.000 penduduk wanita pada kelompok umur tertentu. ASBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
- ASBR: Angka kelahiran khusus
- Li : Jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tertentu
- Pi : Jumlah penduduk wanita umur tertentu pada pertengahan tahun
- 1.000 : Konstanta
- Angka kelahiran umum (General Fertility Rate/GFR)
Angka kelahiran umum yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran setiap 1.000 wanita yang berusia 15 – 49 tahun dalam satu tahun. GFR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.
GFR = Angka kelahiran umum
L = Jumlah kelahiran selama satu tahun
W(15 – 49) = Jumlah penduduk wanita umur 15 – 49 tahun pada pertengahan tahun.
1.000 = Konstanta
Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
- Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
- Sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.
- Pernikahan usia dini (usia muda).
- Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki.
- Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.
Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
- Adanya program Keluarga Berencana (KB).
- Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.
- Adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi PNS.
- Adanya UU perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.
- Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.
- Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak.
b. Angka Kematian (Mortalitas)
Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar, angka kematian khusus, dan angka kematian bayi.
- Angka kematian kasar (Crude Death Rate/CDR)
Angka kematian kasar yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk dalam waktu satu tahun. CBR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.
Keterangan :
ASDR = Angka kematian kasar
M = Jumlah kematian selama satu tahun
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
1.000 = Konstanta
Kriteria angka kematian kasar (CDR) dibedakan menjadi tiga macam.
- CDR kurang dari 10, termasuk kriteria rendah
- CDR antara 10 – 20, termasuk kriteria sedang
- CDR lebih dari 20, termasuk kriteria tinggi
- Angka kematian khusus (Age Specific Death Rate/ASDR)
Angka kematian khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk pada golongan umur tertentu dalam waktu satu tahun. ASDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.
Keterangan :
ASDR = Angka kematian khusus
Mi = Jumlah kematian pada kelompok umur tertentu
Pi = Jumlah penduduk pada kelompok tertentu
1.000 = Konstanta
- Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR)
Angka kematian bayi yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi (anak yang umurnya di bawah satu tahun) setiap 1.000 kelahiran bayi hidup dalam satu tahun. IMR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.
Keterangan :
Kriteria angka kematian bayi dibedakan menjadi berikut ini.
- IMR kurang dari 35, termasuk kriteria rendah
- IMR antara 35 sampai 75, termasuk kriteria sedang
- IMR antara 75 sampai 125, termasuk kriteria tinggi
- IMR lebih dari 125, termasuk kriteria sangat tinggi
Faktor pendorong kematian (promortalitas)
- Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.
- Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.
- Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah.
- Adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya.
- Tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.
Faktor penghambat kematian (antimortalitas)
- Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.
- Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.
- Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit dapat diobati.
- Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama melarang hal tersebut.
a. Migrasi
Migrasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi angka pertumbuhan penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan telah melakukan migrasi apabila orang tersebut telah melewati batas administrasi wilayah lain.
§ Migrasi keluar adalah keluarnya penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dan bertujuan untuk menetap di wilayah yang didatangi.
§ Migrasi masuk adalah masuknya penduduk dari wilayah lain ke suatu wilayah dengan tujuan menetap di wilayah tujuan. Migrasi keluar adalah orang yang melakukan migrasi ditinjau dari daerah asalnya, sedangkan migrasi masuk adalah orang yang melakukan migrasi ditinjau dari daerah tujuannya.
Jenis-Jenis Migrasi dan Faktor Penyebabnya
Migrasi adalah perpindahan penduduk antardaerah dengan melintasi batas administrasi tertentu, baik untuk tinggal sementara ataupun menetap. Migrasi yang dilakukan untuk menetap dapat memengaruhi perubahan jumlah penduduk suatu daerah. Berdasarkan jangkauan kepindahannya, migrasi dapat dibedakan menjadi migrasi lokal atau nasional dan migrasi internasional.
· Migrasi Lokal/Nasional
Yakni perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lain dalam satu negara. Dapat dibedakan menjadi empat macam,
§ Sirkulasi
Merupakan bentuk perpindahan penduduk tidak menetap, namun ada juga yang menetap atau tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan. Berdasarkan Intensitas waktunya, dapat dibagi menjadi berikut.
o Sirkulasi harian. Berangkat pagi pulang sore (tidak menginap).
o Sirkulasi mingguan
o Sirkulasi bulanan
§ Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota dalam satu pulau. Urbanisasi pada umumnya bersifat menetap sehingga dapat memengaruhi jumlah penduduk kota yang dituju ataupun jumlah penduduk di desa yang ditinggalkan. Terjadinya urbanisasi dipengaruhi oleh faktor pendorong dan faktor penarik berikut.
Faktor pendorong urbanisasi di antaranya sebagai berikut
o Kurang bervariasinya peluang kerja dan kesempatan berusaha, khususnya di luar sektor pertanian.
o Semakin sempitnya lahan pertanian.
o Rendahnya upah tenaga kerja.
o Keterbatasan sarana dan prasarana sosial.
o Adanya perasaan lebih terpandang bila dapat bekerja di kota.
o Merasa tidak cocok Iagi dengan pola kehidupan di desa.
Faktor penarik urbanisasi di antaranya sebagai berikut
o Lebih bervariasinya peluang kerja dan kesempatan berusaha di kota.
o Upah tenaga kerja di kota relatif lebih besar.
o Ketersediaan sarana dan prasarana sosial yang kompleks.
§ Ruralisasi
Ruralisasi adalah kebalikan dari urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa. Ruralisasi pada umumnya banyak dilakukan oleh mereka yang dahulu pernah melakukan urbanisasi, namun banyak juga pelaku ruralisasi yang merupakan orang kota asli. Faktor yang memengaruhi terjadinya ruralisasi dibedakan menjadi faktor pendorong dan faktor penarik berikut,
Faktor pendorong ruralisasi adalah sebagai berikut.
o Kejenuhan tinggal di kota.
o Harga lahan di kota semakin mahal sehingga tidak terjangkau.
o Keinginan untuk memajukan desa atau daerah asalnya.
o Merasa tidak mampu lagi mengikuti dinamika kehidupan di kota.
Faktor penarik ruralisasi adalah sebagai berikut.
o Harga lahan di pedesaan relatif lebih murah.
o Pola kehidupan masyarakatnya lebih sederhana.
o Suasana lebih tenang, sehingga cocok untuk penduduk usia tua dalam menjalani masa pensiun.
o Adanya perasaan keterkaitan dengan daerah asal atau kenangan masa kecil.
§ Transmigrasi
Transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari daerah atau pulau yang padat penduduknya ke daerah (pulau) yang berpenduduk jarang. Pelaku transmigrasi disebut transmigran. Berdasarkan pelaksanaannya, transmigrasi dapat dibedakan menjadi berikut.
o Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang dilakukan melalui program pemerintah. Biaya transmigrasi ditanggung pemerintah, termasuk penyediaan lahan pertanian dan biaya hidup untuk beberapa bulan.
o Transmigrasi spontan, yaitu transmigrasi yang dilakukan atas kesadaran dan biaya sendiri (swakarsa)
o Transmigrasi sektoral, yaitu transmigrasi yang biayanya ditanggung bersama antara pemerintah daerah asal dan pemerintah daerah tujuan transmigrasi.
o Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan terhadap satu desa atau daerah secara bersama-sama. Transmigrasi ini dilakukan karena beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
Ø Daerah asal terkena pembangunan proyek pemerintah, misalnya pembangunan waduk yang luas.
Ø Daerah asal merupakan kawasan bencana, sehingga masyarakat yang ada di dalamnya harus dipindahkan.
· Migrasi Internasional
Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk antarnegara. Migrasi internasional terjadi karena beberapa hal, antara lain karena terjadi peperangan, bencana alam, atau untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Migrasi internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu imigrasi dan emigrasi.
§ lmigrasi adalah masuknya penduduk dari luar negeri ke dalam negeri untuk tujuan menetap. Pelaku imigrasi disebut dengan imigran.
§ Emigrasi yaitu perpindahan penduduk dari dalam negeri ke luar negeri untuk tujuan menetap. Pelaku emigrasi disebut dengan emigran.
Alasan Terjadinya Migrasi
Alasan yang menyebabkan manusia / orang pelakukan aktifitas migrasi :
· Alasan Politik / Politis
Kondisi perpolitikan suatu daerah yang panas atau bergejolak akan membuat penduduk menjadi tidak betah atau kerasan tinggal di wilayah tersebut.
· Alasan Sosial Kemasyarakatan
Adat-istiadat yang menjadi pedoman kebiasaan suatu daerah dapat menyebabkan seseorang harus bermigrasi ke tempat lain baik dengan paksaan maupun tidak. Seseorang yang dikucilkan dari suatu pemukiman akan dengan terpaksa melakukan kegiatan migrasi.
· Alasan Agama atau Kepercayaan
Adanya tekanan atau paksaan dari suatu ajaran agama untuk berpindah tempat dapat menyebabkan seseorang melakukan migrasi.
· Alasan Ekonomi
Biasanya orang miskin atau golongan bawah yang mencoba mencari peruntungan dengan melakukan migrasi ke kota. Atau bisa juga kebalikan di mana orang yang kaya pergi ke daerah untuk membangun atau berekspansi bisnis.
· Alasan lain
Contohnya seperti alasan pendidikan, alasan tuntutan pekerjaan, alasan keluarga, alasan cinta, dan lain sebagainya.
Dampak-Dampak Migrasi dan Upaya Penanggulanganya
· Sirkulasi
Dampak Positif Sirkulasi
§ Terjadi penyerapan tenaga kerja dari luar daerah.
§ Memperoleh tenaga kerja dengan upah yang relatif lebih murah.
§ Adanya arus para penglaju dapat meningkatkan sarana dan prasarana transportasi.
§ Terjadi pemerataan pendapatan.
Dampak Negatif Sirkulasi
§ Menimbulkan kenaikan volume lalu lintas dan angkutan pada jam-jam atau hari-hari tertentu
misalnya di pagi dan sore hari atau pada awal pekan dan akhir pekan.
§ Mengurangi peluang kerja bagi masyarakat atau penduduk asli.
§ Beban kota atau daerah yang didatangi semakin berat karena terjadinya kenaikan jumlah penduduk
(khususnya di siang hari) sehingga kota atau daerah tersebut terasa lebih padat.
· Urbanisasi
Dampak Positif Urbanisasi
§ Mengurangi angka pengangguran di daerah pedesaan.
§ Masyarakat desa yang bekerja di kota dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
§ Para pelaku urbanisasi dapat menularkan pengalaman kerjanya di desa, misalnya dengan membuka
usaha sendiri di desanya.
Dampak Negatif Urbanisasi
§ Desa kehilangan tenaga kerja, khususnya generasi muda sebagai tenaga penggerak pembangunan.
§ Peluang kerja di kota menjadi semakin sempit karena sebagian telah diisi oleh tenaga kerja
dari luar daerah.
§ Merebaknya kawasan-kawasan kumuh di kota.
§ Meningkatkan kesenjangan sosial masyarakat kota.
§ Merebaknya sektor-sektor informal, seperti PKL, yang dapat mengurangi keindahan kota.
§ Peningkatan jumlah penduduk di kota menuntut penyediaan sarana dan prasarana sosial.
§ Meningkatkan angka kriminalitas di kota karena dampak pengangguran.
· Transmigrasi
Dampak Positif Transmigrasi
§ Memeratakan kepadatan penduduk.
§ Meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan masyarakat.
§ Merangsang pembangunan di daerah baru.
§ Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa melalui pembauran antarsuku bangsa.
Dampak Negatif Transmigrasi
§ Berkurangnya areal hutan untuk lahan permukiman.
§ Terganggunya habitat hewan liar di daerah tujuan transmigrasi.
§ Pada beberapa kasus, pelaksanaan transmigrasi terkadang menimbulkan kecemburuan sosial antara penduduk asli dengan para pendatang. Untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif dari berbagai jenis migrasi tersebut, pemerintah mengambil langkah-langkah, berikut ini.
§ Merealisasikan pemerataan pembangunan antardaerah, sehingga kesenjangan pembangunan dapat dikurangi.
§ Melaksanakan program-program pembangunan desa, seperti pelaksanaan IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan program Bangga Suka Desa, sehingga dapat lebih mengoptimalkan pembangunan desa.
§ Meningkatkan hasil-hasil pertanian melalui intensifikasi pertanian ataupun ekstensifikasi pertanian.
§ Merangsang kegiatan industri di pinggiran kota atau dekat dengan kawasan pedesaan, sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja.
§ Melakukan kebijakan “kota tertutup”, yaitu larangan bagi penduduk (khususnya penduduk pendatang) yang tidak memiliki KTP atau pekerjaan tetap untuk tinggal di kota yang dituju.
§ Melaksanakan pembangunan terpadu antardaerah dalam satu kawasan, misalnya antara Jakarta dengan Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor sehingga pusat pertumbuhan tidak hanya memusat di Jakarta.
Struktur Penduduk
Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan pengelompokan tersebut. Contoh pengelompokan penduduk, antara lain adalah berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, bahasa, mata pencaharian, pendidikan, tempat tinggal, jenis pekerjaan, dan lain-lain.
Komposisi penduduk diperlukan dalam suatu negara karena dapat dijadikan dasar pengambilan kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembangunan. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan variabel yang sangat penting dalam demografi. Hal ini disebabkan karena dalam setiap pembahasan tentang masalah penduduk melibatkan variabel umur dan jenis kelamin.
Piramida penduduk
Piramida penduduk pada dasarnya merupakan bentuk penyajian data kependudukan (jenis kelamin dan kelompok umur) antara dua grafik batang yang digambarkan secara berlawanan arah dengan posisi horizontal.
Penggambaran piramida penduduk dimulai dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus, sumbu vertikal menggambarkan kelompok umur penduduk mulai 0 - 4 tahun hingga umur tertentu (> 65 tahun atau > 75 tahun); sedangkan sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk tertentu, baik absolut ataupun relatif (dalam %). Sayap sebelah kiri piramida menggambarkan jumlah penduduk lakilaki, sedangkan sayap sebelah kanan piramida menggambarkan jumlah penduduk perempuan.
Jenis-jenis piramida
Jenis-jenis piramida penduduk dibedakan menjadi 3, yaitu piramida penduduk muda (ekspansive), piramida penduduk stasioner, dan piramida penduduk tua (konstruktif).
· Piramida Penduduk Muda (Expansive)
Suatu wilayah yang memiliki angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah sehingga daerah ini mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat. Piramida ini dicirikan sebagian besar penduduk masuk dalam kelompok umur muda. Contohnya adalah negara-negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, Malaysia, Filipina, dan India.
Ciri-ciri komposisi penduduk ekspansif antara lain sebagai berikut.
- Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua sedikit.
- Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian.
- Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
- Sebagian besar terdapat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Republik Rakyat Cina, Mesir, dan India.
· Piramida Penduduk Stasioner
Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan tingkat kelahiran yang hampir sama dengan tingkat kematian atau bersifat stasioner. Pertumbuhan penduduk cenderung tetap. Piramida ini menunjukkan jumlah penduduk muda, dewasa, dan tua hampir sama. Contoh: bentuk piramida penduduk Jepang dan Singapura serta beberapa negara yang tergolong maju.
Ciri-ciri komposisi penduduk stasioner antara lain sebagai berikut.
- Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa relatif seimbang.
- Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan angka kematian relatif lebih rendah.
- Pertumbuhan penduduk kecil.
- Terdapat di beberapa negara maju antara lain Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris.
· Piramida Penduduk Tua (Constructive)
Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan tingkat kelahiran yang lebih rendah dari tingkat kematian atau bersifat konstruktif. Penurunan tingkat kelahiran yang tajam menyebabkan pertumbuhan penduduk mengalami penurunan. Piramida penduduk ini memiliki umur median (pertengahan) sangat tinggi. Contoh: piramida penduduk negara Jerman, Belgia, dan Swiss
Ciri-ciri komposisi penduduk konstruktif antara lain sebagai berikut.
- Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) dan usia tua (di atas usia 64 tahun) sangat kecil.
- Jumlah penduduk yang tinggi terkonsentrasi pada ke lompok usia dewasa.
- Angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka kematian.
- Pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan pertumbuhan penduduk sebagian mencapai tingkat negatif.
- Jumlah penduduk cenderung berkurang dari tahun ke tahun.
- Negara yang berada pada fase ini, antara lain Swedia, Jerman, dan Belgia.
Dengan melihat bentuk piramida penduduk, maka akan diketahui apakah negara itu bercirikan penduduk tua atau muda. Suatu negara disebut berpenduduk tua apabila sebagian besar penduduk di negara itu sudah berumur tua. Sedang suatu negara disebut berpenduduk muda apabila sebagian penduduk negara itu masih berumur muda.
Rasio Ketergantungan
Rasio Ketergantungan (Defendency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja).
· Rumusan
· Kegunaan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA
Pembagian Zaman di Indonesia
Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, bedasarkan bahan untuk membuat alat-alatnya (terbagi menjadi Zaman Batu & Zaman Logam), & bedasarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya (terbagi menjadi Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan, Masa Bercocok Tanam, & Masa Perundagian)
Pembagian zaman
1. Zaman Batu
a. Zaman Batu Tua (Paleolitikum) (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal)
b. Zaman Batu Tengah (Mesolitikum) (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)
c. Zaman Batu Muda (Neolitikum) (Masa Bercocok Tanam)
d. Zaman Batu Besar (Megalitikum)
2. Zaman Logam (Masa Perundagian)
a. Zaman Perunggu
b. Zaman Tembaga
c. Zaman Besi
Kebudayaan Zaman Batu di Indonesia
Kebudayaan Zaman Batu di Indonesia (Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum dan Megalitikum) - Disebut kebudayaan batu karena alatnya terbuat dari batu, yang terdiri dari zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum.
1. Kebudayaan Batu Tua (Paleolitikum) (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal)
Disebut kebudayaan Batu Tua sebab alat peninggalannya dari batu yang masih kasar atau belum dihaluskan. Pendukung kebudayaan ini adalah manusia purba. Berdasarkan daerah penemuannya, kebudayaan Batu Tua dibedakan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
a. Kebudayaan Pacitan
Disebut kebudayaan Pacitan sebab hasil budayanya terdapat di daerah Pacitan (Pegunungan Sewu, Pantai Selatan Jawa). Alat yang ditemukan berupa chopper (kapak penetak) atau disebut kapak genggam. Pendukung kebudayaannya adalah Pithecanthropus erectus dan budaya batu ini disebut stone culture. Selain tempat di atas, alat Paleolitikum ini juga ditemukan di Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatra Selatan).
b. Kebudayaan Ngandong
Disebut kebudayaan Ngandong sebab hasil kebudayaannya ditemukan di Ngandong, Ngawi Jawa Timur. Di sini juga ditemukan kapak seperti di Pacitan dan juga kapak genggam, sedangkan di Sangiran ditemukan batu flakes dan batu chalcedon yang indah.
Di Ngandong ditemukan juga alat dari tulang maka disebut bone culture. Pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo soloensis dan Homo wajakensis. Penghidupan mereka masih mengumpulkan makanan (food gathering). Mereka mencari makanan dari jenis ubi-ubian dan berburu binatang.
Pada zaman ini memiliki ciri-ciri khusus, yaitu:
a. Peralatan terbuat dari batu atau tulang yang masih kasar.
b. Jenis alat yang dipergunakan adalah kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih.
c. Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu.
d. Bertempat tinggal secara nomaden (berpindah-pindah).
e. Belum mengenal seni.
Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada Palaeolithikum antara lain:
a. Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar)
b. Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan untuk menggemburkan tanah).
c. Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan (buah-buahan & umbi-umbian).
d. Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, maka masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan).
e. Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di dekat sumber air ada banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan).
f. Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
g. Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di China, dimana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah gua).
2. Kebudayaan Batu Tengah (Mesolitikum) (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)
Zaman Mesolitikum terjadi pada masa Holosen setelah zaman es berakhir. Pendukung kebudayaannya adalah Homo sapiens yang merupakan manusia cerdas. Penemuannya berupa fosil manusia purba, banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.
Manusia zaman Mesolitikum hidup di gua-gua, tepi pantai, atau sungai, disebut dalam bahasa Denmark, kjokkenmoddinger (bukit sampah = bukit kerang), yang banyak ditemukan di pantai timur Sumatra. Penemuan alatnya adalah pebble disebut juga kapak Sumatra), kapak pendek (hache courte), dan pipisan (batu penggiling). Selain tempat-tempat di atas, juga terdapat abris sous roche (gua sampah) di Gua Sampung, (Ponorogo, Jawa Timur), Pulau Timor, Pulau Roti, dan Bojonegoro (tempat ditemukannya alat dari tulang).
Zaman batu madya (mesolithicum) memiliki ciri-ciri khusus yang hampir sama dengan zaman palaeolithicum. Namun, ada beberapa tambahan sebagai beriukut:
a. Ditemukan Kjokkenmoddinger, yaitu: bukit-bukit karang hasil sampah dapur.
b. Ditemukan Abris Sous Roche, yaiu gua-gua sebagai tempat tinggal.
c. Manusia zaman ini sudah mengenal seni yang berupa lukisan pada dinding gua. Lukisan ini berbentuk cap tangan dan babi hutan.
d. Alat yang digunakan disebut peble atau kapak Sumatera.
e. Sudah mulai mengenal kepercayaan.
3. Kebudayaan Batu Muda (Neolitikum) (Masa Bercocok Tanam)
Disebut kebudayaan Batu Muda (Neolitikum) sebab semua alatnya sudah dihaluskan. Mereka sudah meninggalkan hidup berburu dan mulai menetap serta mulai menghasilkan makanan (food producing). Mereka menciptakan alat-alat kehidupan mulai dari alat kerajinan menenun, periuk, membuat rumah, dan mengatur masyarakat.
Alat yang dipergunakan pada masa ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Daerah penemuan kapak persegi di Indonesia bagian barat adalah di Lahat (Sumatra), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan, dan Lereng Gunung Ijen. Adapun kapak lonjong banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti di Papua, Tanimbar, Seram, Serawak, Kalimantan Utara, dan Minahasa.
Zaman ini merupakan revolusi pada masa prasejarah. Telah terjadi perubahan yang mendasar pada corak kehidupan dan cara bertempat tinggal maupun peralatan hidupnya. Zaman ini telah mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai berikut:
a. Peralatan sudah dihaluskan bahkan diberi tangkai.
b. Jenis alat yang diguakan adalah kapak persegi dan lonjong.
c. Pakaiannya terbuat dari kulit kayu. Perhiasannya terbuat dari batu dan manik-manik.
d. Telah bertempat tinggal menetap/sedenter.
e. Telah memiliki kemampuan bercocok tanam.
f. Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
4. Kebudayaan Batu Besar (Megalitikum)
Disebut kebudayaan Megalitikum sebab semua alat yang dihasilkan berupa batu besar. Kebudayaan ini kelanjutan dari Neolitikum karena dibawa oleh bangsa Deutero Melayu yang datang di Nusantara. Kebudayaan ini berkembang bersama dengan kebudayaan logam di Indonesia, yakni kebudayaan Dongson. Ada beberapa alat dan bangunan yang dihasilkan pada zaman kebudayaan Megalitikum.
Disebut zaman batu besar karena hasil-hasil kebudayaan umumnya terbuat dari batu dalam ukuran besar. Adapun hasil-hasil kebudayaan zaman ini adalah benda-benda berikut:
a. Menhir: yaitu suatu tugu yang terbuat dari batu besar. Biasanya menhir ini digunakan untuk tempat memuja arwah leluhur.
b. Dolmen: yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji.
c. Kubur batu: yaitu tempat menyimpan mayat. Kubur batu ini berbentuk persegi panjang, dan terbuat dari lempengan-lempengan batu.
d. Waruga: adalah kubur batu yang berbentuk kubus.
e. Sarkofagus: adalah kubur batu yang berbentuk lesung. Sarkofagus terbuat dari satu batu.
f. Punden berundak: merupakan suatu bangunan yang terbuat dari batu. Batu-batu itu di susun berundak-undak atau bertingkat.
Kebudayaan Zaman Logam di Indonesia (Masa Perundagian)
Prasejarah. Pada zaman logam peralatan-peralatan yang digunakan manusia terbuat dari logam. Zaman logam menurut perkembangannya dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Zaman perunggu
b. Zaman tembaga
c. Zaman besi
a. Zaman perunggu
Disebut zaman perunggu karena pada zaman ini dihasilkan perlatan kehidupan yang dibuat dari perunggu. Peralatan itu dibuat dengan 2 macam teknik. Ada yang dibuat dengan teknik cetak hilang (a cire perdue) dan ada yang dibuat dengan cetak ulang (bivalve). Peralatan kehidupan yang dibuat dari bahan perunggu ini meliputi: Nekara, Moko, Kapak corong, Arca perunggu, Bejana perunggu dan Perhiasan perunggu.
a. Nekara adalah genderang besar yang terbuat dari perunggu. Biasanya digunakan sebagai alat upacara untuk mengundang hujan. Nekara terbesar ditemukan di Bali. Sekarang nekara tersebut disimpan di Pura Besakih. Nekara ini disebut The Moon of Pejeng.
b. Moko merupakan genderang kecil terbuat dari perunggu. Biasanya digunakan sebagai alat upacara keagamaan atau sebagai mas kawin.
c. Kapak corong disebut juga kapak sepatu. Kapak itu terdiri dari berbagai ukuran. Ada yang bertangkai panjang, ada yang melengkung ke dalam, dan ada yang cekung di pangkalnya.
d. Arca perunggu adalah arca yang terbuat dari perunggu. Bentuknya beraneka ragam seperti bentuk orang atau binatang.
e. Bejana perunggu mirip gitar Spanyol, tetapi tanpa tangkai. Pola hiasannya menggunakan hiasan anyaman dan huruf J.
f. Bentuk perhiasan ini berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin dan kalung. Sebagian besar perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur.
b. Zaman tembaga
Indonesia tidak mengalami zaman tembaga. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya peninggalan-peninggalan benda tembaga purba di Indonesia. Setelah zaman perunggu, bangsa Indonesia langsung memasuki zaman besi.
c. Zaman besi
Kebudayaan besi banyak menghasilkan benda berupa peralatan hidup dan senjata. Senjata-senjata yang dihasilkan pada zaman besi ini adalah tombak, mata panah, cangkul, sabit dan mata bajak. Benda peninggalan zaman besi ini diperkirakan cukup banyak, tetapi tidak banyak ditemukan, karena sifat benda ini yang mudah berkarat. Banyaknya benda peninggalan sejarah di atas menunjukkan bahwa nenek moyang kita sebagai bangsa yang memiliki daya kreativitas tinggi.
Kebuadayaan Hindu Budha dan Islam
Unsur-unsur yang dapat mempersatukan tradisi sejarah Indonesia berasal dari unsur lokal, Hindu-Budha, dan Islam. Bangsa Indinesia sebenarnya mempunyai unsur-unsur budaya Indonesia asli. Selain itu, juga telah mengenal kebudayaan Macro & Micro Cosmos, yang merupakan keyakinan adanya supranatural atas kehidupan bumi.
Beberapa contoh tradisi daerah yang merupakan perpaduan unsur lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indoesia adalah :
- Upacara selamatan, pemberian nama selamat yang bertujuan untuk memberi keselamatan bagi penyelenggara / pemakai nama tersebut.
- Upacara bersih desa, agar desa bersih dan hasil pertanian melimpah.
- Upacara sedekah, setelah 7 hari dari hari raya Idul Fitri di daerah Demak, sebagai tanda syukur.
- Upacara Tabuik di pantai barat Sumatra sebagai peringatan atas Hasan & Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang dipengaruhi golongan Syiah.
Upacara tradisional tersebut maih terus dilakukan hingga saat ini untuk mengingatkan tradisi lokal mereka. Dalam pembahasan di atas telah dikemukakan bahwa, unsur budaya asli memegang peranan & tidak dapat disingkirkan begitu saja dalam proses pencampuran dengan budaya asing. Salah satu proses kepercayaan lokal dengan budaya asing berkaitan dengankematian dalam wujud kepercayaan dikenal sebagai Animisme & Dinamisme.Misalnya upacara kematian seseorang dilakukan sesuai dengan kebudayaan lokal. Makam di Indonesia terpelihara dengan baik karena adanya penghormatan dari anak cucu kepada leluhurnya. Dengan latar belakang budaya Megalithikum, di samping Sarkofagus, maka dibuatlah Kijing dari batu di atas makam, bahkan terkadang dibuatkan rumah kecil pelindung makam yang disebut Cungkup. Hal itu merupakan contoh dari kepecayaan Animisme.
Sedangkan kepercayaan Dinamisme merupakan kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Misalnya rumah dibangun oleh seseorang demi kesejahteraan dirinya beserta keluarganya, dibangun dengan penuh perhitungan & persyaratan. Guna menghindari gangguan roh jahat, di dekat pintu gerbang di tempatkan Dwarapala, berupa sepasang patung.
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat
Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
Akulturasi
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
a. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
b. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
c. Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.
4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
a. Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :
b. Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
c. Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
d. Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
· Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
· Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
· Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
· Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
· Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)
5. Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.
6. Seni dan Budaya
Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:
a. Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
b. Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.
c. Seni Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.
7. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian.
Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan, ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik.
Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha.
Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief candi yang menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit.
8. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
- Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem Chandra Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan ada pada garis lurus. Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
- Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa dengan tahun/ kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat/ gambaran kata. Bila berupa gambar harus diartikan dalam bentuk kalimat.
9. Seni Ukir
Seni Ukir Islam disebut Kaligrafi, yang dapat dipahatkan pada kayu.Contoh :
- Kaligrafi/ukiran yang dipahatkan pada dinding depan Masjid Mantingan, Jepara
- Masjid Cirebon terdapat pahatan berbentuk harimau
Pahatan berupa gambar tersebut disebut Arabesk
10. Seni Sastra
Tampak pada karya sastra di Selat Malaka dan Pulau Jawa.
Karya sastra yang berkembang:
- Suluk,yaitu karya sastra yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh : Suluk Sukrasa, Suluk Wujil
- Hikayat, yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebeluym masuknya Islam.
Contoh: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Panji Semirang
- Babad, yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat silsilah para raja suatu kerajaan Islam
Contoh: Babad tanah Jawi, Babd Cirebon, Babad Ranggalawe
11. Sistem Pemerintahan
Digunakan aturan-aturan Islam dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Terbukti dengan adanya :
- Raja Mataram Islam awalnya bergelar Sunan/Susuhunan, artinya dijunjung
- Raja akan diberi Gelar Sultan jika telah diangkat atas persetujuan khalifah yang memerintah di Timur Tengah
- Terdapat gelar lain yaitu Panembahan, Maulana.
12. Sosial
- Mulai dikenal sistem demokrasi
- Tidak mengenal adanya sistem kasta
- Tidak mengenal perbedaan gologan dalam masyarakat
13. Filsafat
Setelah Islam lahir berkembanglah Ilmu filsafat yang berfungsi untuk mendukung pendalaman agama Islam.
- Abad 8 M, lahir dasar-dasar Ilmu Fikih
- Fikih, merupakan ilmu yang mempelajari hukum dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban umat Islam terhadap Tuhan dan sesama manusia.
- Dengan Fikih diharapkan umat Islam dapat hidup sesuai dengan kaidah Islam.
- Abad ke-10 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam dan Tasawuf
- Qalam, merupakan ajaran pokok Islam tentang keesaan Tuhan, Ilmu teologi/Ilmu ketuhanan/ Ilmu Tauhid.
- Asal mula lahirnya tasawuf karena pencarian Allah karena kecintaan dan kerinduan pada Allah.
- Tasawuf kemudian berkembang menjadi aliran kepercayaan
Pengaruh Islam di berbagai daerah di Indonesia
Faktor yang mempermudah perkembangan Islam di Indonesia adalah :
- agama Islam tidak mengenl kasta dibawa oleh golongan pedagang
- berkembang secara damai
- sifat bangsa Indonesiayang terbuka dan ramah memberi peluang untuk bergaul
- dengan bangsa lain.
Agama dan budaya Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur. Jalur tersebut misalnya, Persia, Afganistan, Pakistan, India, kemudian menuju Indonesia.
1. Perkembangan agama dan budaya Islam di Indonesia
Munculnya Bandar-bandar dagang di India tidak dapat dipisahkan dengan proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia. Pedagang datang ke Indonesia bukan hanya untuk berdagang, melainkan juga menyebarkan agama mereka.
2. Penyebaran agama Islam pada masa wali sanga
Selain dilakukan oleh para pedagang, penyabaran Islam juga dilakukan oleh para ulama dan para wali. Wali merupakan seorang utusan yang mempunyai pengetahuan tentang agama dan ilmu gaib.
Wali songo terdiri dari Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati. Selain para wali, kita juga mengenal para pemikir Islam atau sufi seperti Hamzah Fansuri dan Nuruddin Ar Raniri. Di Jawa tengah kita menganal Sultan tembayat yang menyabarkan Islam melalui pondok pesantren
SEJARAH KERAJAAN HINDU, BUDHA DAN ISLAM
Letak Geografis Indonesia sebagai Jalur Perdagangan
Letak Indonesia yang diantara dua benua yakni Asia dan Australia, sangat strategis sebagai jalur perdagangan. Dari adanya jalur perdagangan yang melalui Indonesia menyebabkan berbagai budaya ikut serta masuk ke Indonesia. Pada bab ini akan menguraikan tentang perkembangan negara tradisional meliputi masuknya agama Hindu, Budha dan Islam serta pengaruh-pengaruhnya. Serta dalam buku ini akan dibahas mengenai perkembangan Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu, Budha dan Islam mulai abad 5 sampai abad ke- 16.
Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu – Budha meliputi Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sunda atau Pajajaran, Holing atau Kalingga, Sriwijaya, Mataram Kuno, Kediri, Singosari, dan Majapahit. Sedangkan kerajaan yang bercorak Islam meliputi Kerajaan Samudra Pasai, Malaka dan Demak. Garis besar yang akan dipelajari dapat dilihat pada peta konsep di halaman pertama.
Kepulauan Indonesia terletak di garis khatulistiwa, tepatnya antara 5° 54’ Lintang Utara dan 11° Lintang Selatan dan serta 95° 01’ Bujur Timur dan 141° 02’ Bujur Timur. Oleh karena itu Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Ciri-ciri iklimnya ialah berhawa tropis dengan curah hujan yang tinggi. Dalam mata pencaharian baik bertani maupun dalam perdagangan Internasional dua musim ini sangat mempengaruhi. Angin musim barat dan angin musim timur di Indonesia sangat menentukan jalur pelayaran dan perdagangan.
Selain itu menentukan pula munculnya kota-kota pelabuhan serta pusat-pusat kerajaan sejak zaman Sriwijaya sampai akhir zaman Majapahit. Hasil-hasil bumi Indonesia menjadi barang dagangan yang diperjualbelikan di kota-kota pelabuhan itu. Daerah Maluku sebagai penghasil rempah-rempah menjadi terminal jalur perdagangan yang penting. Demikian pula dengan Palembang (Sriwijaya), Tuban, Banten, dan kota-kota pelabuhan lainnya menjadi banyak dikunjungi para pedagang asing. Para pedagang dari Cina, India, Persia, dan negara-negara Eropa lainnya banyak yang berdagang di Indonesia. Kegiatan ini telah berlangsung berabad-abad lamanya.
Dengan demikian, Indonesia merupakan mata rantai perdagangan dunia. Selain itu, letak Indonesia yang berada di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia, oleh sebab itu Indonesia sering diumpamakan sebagai sebuah jembatan di antara kedua benua tersebut. Posisi strategis Indonesia seperti ini tentu saja membawa pengaruh terhadap sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanan. Pengaruh dari agama dan budaya asing, seperti dari India, Arab, dan Cina serta dari negara-negara lain masuk ke Indonesia. Masuknya agama dan budaya asing ini telah memperkaya khasanah kebudayaan bangsa Indonesia.
Corak agama dan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia sekarang merupakan perpaduan dari agama dan budaya asing dengan agama dan budaya bangsa Indonesia asli. Indonesia juga terletak dalam jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan jaman kuna, yaitu India dan Cina. Pada zaman ini, jalur perniagaan Asia melalui darat dimulai dari Cina melaluui Asia Tengah, Turkesan, sampai Laut Tengah. Jalur ini terkenal dengan sebutan Jalur Sutera (silk road). Jalur perdagangan ini merupakan jalur paling tua yang menghubungkan Cina dengan Eropa. Jalur perdagangan melalui laut dimulai dari Cina dengan melalui Laut Cina, Selat Malaka, Kalikut (India), lalu ke Teluk Persia, melalui Syam (Suriah) sampai ke Laut Tengah atau melalui Laut Merah sampai ke Mesir, lalu menuju ke Laut Tengah.
Proses Tumbuh dan Berkembangnya Agama Hindu, Budha dan Islam di Indonesia
1. Penyebaran Agama Hindu
Agama Hindu adalah agama yang merupakan agama pertama yang dikenal oleh manusia. Kebudayaan yang dilahirkan oleh agama ini sangat kompleks baik dibidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya. Perkembangan agama Hindu di India, hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha.
Terdapat beberapa teori mengenai masuknya Agama Hindu ke Indonesia antara lain:
Menurut Krom (seorang ahli Belanda), menyampaikan teori Waisya. Dalam bukunya “Hindu Javanesche Geschiedenis”, menyebutkan bahwa masuknya Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
Menurut Mookerjee (ahli-India 1912) menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar.
Moens dan Bosch (ahli-Belanda) menyatakan bahwa peranan kaum Ksatria sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia.
J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
Masuknya Agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi, seperti diketemukannya 7 buah Yupa peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Masuknya Agama Hindu menimbulkan pembaharuan yang besar, mmisalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah.
2. Penyebaran Agama Budha
Agama Budha pertama kali tumbuh di India. Berbeda dengan Hindu, Agama Budha tidak memiliki sistem kasta. Agama Budha merupakan salah satu agama yang sejak lama sudah dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan jaman keemasan bagi Budhisme. Para pendeta agama Budha memiliki mobilitas tinggi, mereka sering melakukan perjalanan jauh. Menurut para ahli sejarah penyebaran agama Budha di Indonesia terjadi lebih awal dibandingkan agama Hindu. Agama Budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada bad ke- 2 M.
3. Penyebaran Agama Islam
Terdapat beberapa pendapat mengenai masuknya Islam ke Indonesia antara lain, pendapat yang menyatakan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 7 M dan pendapat yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 13 M. Pendapat pertama yakni Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 7 M, pandangan ini didasari oleh teorinya Berita Cina yang menceritakan adanya orang-orang Ta-shih (orang-orang Arab) di Indonesia. Pendapat kedua abad ke- 13, dasar teori ini ialah dugaan dari akibat keruntuhan Dinasti Abbasiah di Irak yang diserang pasukan Mongol pimpinan Hulagu pada tahun 1258. Pendapat ini diperkuat oleh berita Marco Polo pada tahun 1292 M, Ibnu Battuta pada abad ke- 14 M, serta nisan kubur Sultan Malik al-Shaleh yang bertanggal 1297 M. Oleh karena itu, abad ke- 7 M dipandang sebagai permulaan masuknya Islam sedangkan abad ke- 13 M para Muslim melakukan proses Islamisasi secara meluas. Kerajaan Hindu- Budha pada saat itu bersikat toleran terhadap masuknya Islam.
- Golongan Pembawa Agama Islam
Kedatangan Islam ke Indonesia umumnya melalui jalur perdagangan, kebanyakan golongan pembawa adalah para pedagang. Penyebaran Islam dilakukan oleh para ulama atau juru dakwah, yang diantaranya pernah pergi ke Makkah atau pusat agama lainnya di Timur Tengah. Wali Sanga merupakan penyebar Islam yang terkemuka, terdiri dari sembilan orang. Anggota Wali Sanga antara lain ialah Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunana Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati. Proses Islamisasi yang dilakukan para wali ini terbilang sangat unik, mereka memiliki ciri tersendiri tidak terdapat unsur sinkretisme. Contoh sinkretisme mengiri m sesajen ke kubur sebagai bentuk belasungkawa. Dalam hal ini, Sunan Kalijaga memodifikasi upacara tersebut yakni niatnya tidak lagi mengirim sesajen melainkan bersedekah.
- Golongan Penerima Agama Islam
Di Indonesia terdapat dua golongan penerima agama Islam, yaitu golongan elit dan golongan masyarakat rendahan.
· Golongan elit terdiri atas para raja, bangsawan, dan penguasa.
· Golongan masyarakat rendahan terdiri atas para pedagang.
- Saluran Islamisasi
Saluran islamisasi meliputi:
· Perdagangan Abad ke-7 hingga ke- 16 lalu lintas perdagangan mengalami kesibukan, sehingga mempermudah pedagang islam dalam menyebarkan agama islam. Para pedagang tersebut, bersal dari Arab, Persia dan India yang memeluk agama Islam.
· Perkawinan Status sosial para pedagang kaya yang tinggi membuat banyak pribumi yang tertarik untuk menjadi istri. Oleh karena itu, banyak warga pribumi yang masuk Islam karena menikah dengan pedagang Muslim.
· Tasawuf Tasawuf merupakan ajaran atau car mendekatkan diri kepada Tuhan. Bentuk Islamisasi di Indonesia diketahui dari cerita-cerita dalam babad dan hikayat, misalnya Sejarah Banten dll.
· Pendidikan Pesantren merupakan lembaga penting dalam penyebaran agama Islam. Pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, terdapat Sunan Ampel yang mendirikan pesantren di Ampel Denta, Surabaya. Pesantren Sunan Giri juga terkenal sampai daerah Maluku.
· Kesenian Islamisasi juga dilakukan dalam bidang kesenian, seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, seni musik, dan seni satra. Pertunjukan wayang adalah alat islamisasi yang terkenal, menurut cerita Sunan Kalijaga menggunakan media wayang sebagai alat untuk islamisasi.
· Dalam hal kesusteraan, Islamisasi dilakukan dalam naskah-naskah lama masa peralihan kepercayaan yang ditulis dalam bahasa dan huruf daerah. Perkembangan Budaya Agama Hindu, Budha dan Islam di Masyarakat
1. Konsep Mikrosmos, Makrosmos, dan Konsep Dewa- Raja dalam Agama Hindu dan Budha
Salah satu penetrasi kebudayaan India ialah konsep tentang kekuasaan raja berupa kesejajaran atau keserasian antara mikrosmos (jagad dunia/ jagad kesil) dan makrosmos (jagad para dewa/ jagad besar). Dalam Hindu maupun Budhisme menggangap gunung Meru merupakan pusat dari jagad raya, suatu hal yang tidak mengherankan mengingat akar Hindu-nya. Berdasarkan konsep mikro dan makrosmos itu, raja adalah wakil dewa yang mempunyai tugas untuk menjaga kehidupan yang harmonis di jagad kecil agar huubungannya dengan jagad besar juga selalu harmonis. Dalam agama Hindu, raja dianggap sebagai titisan dewa (kebanyakan adalah Syiwa) atau sebagai keturunan dewa.
2. Struktur Kerajaan dan Birokrasi
Struktur kerajaan di Asia Tenggara, dan kepulauan Indonesia tersusun mengikuti pola kosmis, yaitu berbentuk lingkaran-lingkaran dengan mandala –mandala kecilnya. Di Jawa, misalnya lingkaran paling dalam yang menjadi pusat pemerintahan dan kekuasaan disebut dengan kutanegara. Lingkaran kedua yang mengitari wilayah kutanegara disebut negara agung. Wilayah yang paling jauh dari pengaruh pusat kerajaan disebut mancanegara. Konsep kosmis seperti ini pada dasarnya tidak mengenal batas negara yang jelas. Batas kerajaan dapat bergeser meluas atau menyempittergantung kharisma atau kekuasaan raja yang berkuasa saat itu. Tanda utama dari masyarakat yang telah mengenal kehidupan bernegara ialah struktur masyarakatnya yang bertingkat.
Dalam struktur pemerintahan Mataran Kuno, tingkat paling bawah dikenal dengan sebutan wanua. Intervensi pemerintah sangat kecil dan proses pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis. Menurut sumber prasasti, di atas wanua terdapat tingkat administrasi yang lebih tinggi yang disebut watak. Di tingkat pusat, administrasi pemerintahan dikelola oleh sejumlah pejabat kerajaan yang ditata secara berjenjang. Jabatan paling puncak dipegang oleh seorang pemimpin tertinggi kerajaan yang biasanya menggunakan gelar haji, ratu, atau maharaja.
Di bawahnya terdapat para pejabat tinggi yang memiliki gelar rakai atau pamegat, yang menjalankan fungsi sebagai menteri dalam sistem pemerintah sekarang. Dibawah rakai dan pamegat terdapat sejumlah pejabat yang menjalankan fungsi sipil ataupun keagamaan. Tingkat paling rendah yaitu terdapat sejumlah pegawai rendahan yang menjalankan fungsi mengumpulkan pendapat kerajaan dengan cara memungut pajaat di wanua- wanua. Untuk mengukur kesetian para pemimpin atau raja tetangganya, raja dapat melihatnya dalam upacara- upacara yang secara berkala diadakan olehnya. Umumnya pemimpin wilayah yang hadir dalam upacara membawa upeti.
3. Perkembangan Seni Arsitektur
Seni arsitektur yang digunakan dalam agama Hindu-Budha mengambil konsep India, sedangkan arsitektur Islam juga terdapat yang menggunakan arsitektur India. Dalam agama Hindu- Budha, candi merupakan tempat sementara bagi dewa juga merupakan bangunan tiruan dari tempat dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameeru. Candi di Indonesia terdapat tiga jenis, yaitu jenis Jawa Tengah utara, jenis Jawa Tengah Selatan dan jenis Jawa Timur.
Perbedaan antara candi Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain:
- Langgam Jawa Tengah umunya memiliki bangunana yang bentuknya tambun, atapnya berundak-undak, puncaknya berbentuk ratna atau stupa, reliefnya timbul agak tinggi, dan lukisannya naturalis. Letak candi di tengah halaman, kebanyakan menghadap ke Timur, dan terbuat dari batu andesit. Contoh dari bangunan langgam ini ialah Candi Dieng, Candi Kalasan, dan Candi Borobudur.
- Langgam Jawa Timur umunya memiliki bentuk bangunan ramping, atapnya perpaduan tingkatan, puncaknya berbentuk kubus, reliefnya timbul sedikit saja, lukisannya simbolis menyerupai wayang kulit, letak candi di belakang halaman, kebanyakan menghaadap ke barat, dan terbuat dari bata. Contoh dari Langgam ini adalah Candi jago, Candi Singosari, dan Candi Muara Takus di Sumatera.
- Dari arsitektur masjid-masjid di Indonesia terdapat berbagai hal yang menarik perhatian dan menjadi corak yang khusus antara lain:
- Atapnya yaitu berupa atap tumpang (atap yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil sedangkan tingkat yang paling atas berbentuk limas). Atap tumpang ini merupakan bentuk perkembangan dari dua unsur yang berlainan, yaitu atap candi yang bersusun dan pucuk stupa.
- Adanya menara, di Indonesia hanya masjid Banten dan masjid Kudus yang memiliki menara. Bentuk menara pada masjid Kudus menyerupai candi yang atasnya diberi atap tumpang, sedangkan menara Banten adalah tambahan yang diusahakan oleh seorang pelarian Belanda, Cardeel.
- Letak masjid, biasanya masjid didirikan berdekatan dengan istana raja.
Perkembangan Kerajaan-Kerajaan bercorak Hindu, Budha
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua yang bercorak Hindu yang terletak di Kalimantan Timur. Bukti keberadaan Kutai didasarkan pada penemuan 7 buah prasati yang dipahatkan pada tiang batu. Tiang batu itu disebut dengan yupa, yaitu nama yang disebutkan dalam prasasti-prasasti tersebut. Yupa ini berbentuk seperti tugu peringatan pada upacara kurban. Prasasti ini bertuliskan huruf Pallawa, dilihat dari bentuk tulisan yang dipahatkan pada yupa ini berasal dari sekitar abad 400 Masehi. Sedangkan bahasa yang digunakan dalam prasasti ini adalah bahasa Sansekerta. Dari salah satu prasasti yupa, diketahui raja yang memerintah kerajaan ini adalah Mulawarman. Menurut silsilah yang terdapat dalam prasasti disebutkan bahwa Mulawarman anak dari Aswawarman dan cucu dari Kudungga.
Dalam prasasti disebutkan bahwa Aswawarman disebut senbagai dewa Ansuman/Dewa Matahari dan merupakan pendiri keluarga kerajaan (Vansakarta) bukan Kudungga yang dianggap raja pertama. Dapat dipasatikan Aswawarman merupakan pemeluk agama Hindu. Sedangkan nama Kudunga bukan nama India melainkan nama orang Indonesia. Pada masa itu, pengertian keluarga raja hanya digunakan untuk keluarga kerajaan yang menyerap kebudayaan India. Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Disebutkan bahwa rakyat Kutai hidup sejahtera dan Makmur. Maksud dari penulisan prasasti Yupa adalah untuk memperingati kebaikan hati raja Mulawarman yang telah menyelenggarakan upacara selamatan (kenduri) yang disertai pemberian berbagai sedekah kepada brahmana dan rakyat. Karena kurangnya komunikasi menyebabkan Kerajaan ini tidak begitu dikenal orang asing.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa Barat berdiri sekitar tahun 400 – 500 Masehi, dengan rajanya bernama Purnawarman. Bukti mengenai keberadaan kerajaan ini dengan ditemukannya tujuh buah prasasti yaitu Prasasti Ciaruton, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Munjul. Seperti dengan prasasti yupa, prasasti yang ditemukan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta dalam penulisannya. Prasasti Pasir Awi dalam prasasti ini dijumpai nama negara, yang menurut bacaannya berbunyi Tarumayam.
Pada prasasti Ciaruton terdapat lukisan tapak kaki yang dipahatkan di atas tulisan. Dalam prasasti ini dijelaskan bahwa tapak kaki ini merupakan kaki Purnawarman yang seperti wisnu. Pada prasasti Kebon Kopi terdapat lukisan dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata. Sedangkan pada prasasti Tugu disebutkan dua sungai yang terkenal di Panjab, yaitu Sungai Candrabhaga dan Gomati. Prasasti ini merupakan prasasti satu-satunya prasasti Purnawarman yang menyebutkan penanggalan. Setelah penggalian Sungai Candrabhaga, penggalian Sungai Gomati dilakukan selama 21 hari dengan panjangnya 6.122 tumbak. Dilakukan selamatan setelah penggalian sungai Goamati, yang disertai dengan hadiah 1.000 ekor sapi. Berdasarkan prasasti ini dapat diketahui wilayah kekuasaan Purnawarman, meliputi hapir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.
Sumber sejarah penting lain yang dapat menjadi bukti keberadaan kerajaan Tarumanegara adalah catatan sejarah pengelana Cina. Catatan sejarah pengelana Cina yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara adalah catatan perjalanan pendeta Cina Fa-Hsein, pada tahun 414 dan catatan kerajaan Dinasti Sui dan Dinasti Tan.
3. Kerajaan Sunda atau Pajajaran
Pakuan Pajajaran atau Pakuan (Pakwan) atau Pajajaran adalah pusat pemerintahan Kerajaan Sunda, kerajaan yang berdiri pada abad ke 7 pernah berdiri di wilayah barat pulau Jawa. Kemudian pindah di wilayah Bogor, Jawa Barat sekarang. Sumber kesustraan yang menulis mengenai kerajaan ini adalah Carita Parahiyangan (akhir abad XVI) yang menyebut Sunda sebagai nama kawasan. Selain itu, terdapat prasasti Canggal (732 M) yang menyebutkan nama sanjaya. Raja pertama Kerajaan Pajajaran bernama Raja Sena. Namun, tahta Kerajaan Pajajaran kemudian direbut oleh saudara Raja Sena yang bernama Purbasora. Raja Sena dan keluarganya terpaksa meninggalkan keraton. Tidak lama kemudian, Raja Sena berhasil merebut kembali tahta Kerajaan Pajajaran. Raja Pajajaran selanjutnya adalah Jayabhupati. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Pajajaran mengembangkan ajaran Hindu Waisnawa. Setelah Jayabhupati, Kerajaan diperintah oleh Rahyang Niskala Wastu Kencana. Pada masa pemerintahannya, pusat kerajaan dipindahkan ke Kawali. Dalam Carita Parahyangan dituliskan terjadinya perang Bubat, Sri Baduga Maharaja bersama seluruh pengiringnya tewas. Kerajaan Pajajaran diambil alih oleh Hyang Bunisora (1357-1371), pengasuh putra mahkota Wastu Kencana yang masih kecil. Hyang Bunisora berkuasa selama 14 tahun.
Pada Prasasti Batu Tulis, raja ini disebut juga Prabu Guru Dewataprani. Kerajaan Pajajaran selanjutnya diperintah secara berurutan oleh Wastu Kencana. Tohaan, lalu Sang Ratu Jayadewata. Pada masa pemerintahan Sang Ratu Jayadewata, diperkirakan bahwa di Kerajaan Pajajaran telah terdapat penduduk yang beragama islam. Pada masa pemerintahan Ratu Samiam pelabuhan Sunda Kelapa direbut oleh Kerajaan Demak, Kerajaan Pajajaran harus menghadapi serangan Kerajaan Banten dari arah barat. Pengganti Samiam, yaitu Prabu Ratu Dewata, berusaha mempertahankan ibu kota Pajajaran dari pasukan Maulana Hasanuddin dan putranya, Maulana Yusuf. Pada tahun 1579, Kerajaan Pajajaran akhirnya runtuh setelah Kerajaan Banten yang bercorak Islam berhasil menguasai Ibu kota kerajaan. Orang-orang Hindu Pajajaran yang tidak mau tunduk pada penguasa Islam akhirnya melarikan diri kedaerah pedalaman dan kemudian hidup sebagai suku Badui.
4. Kerajaan Holing atau Kalingga
Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh dari berita Tionghoa pada massa pemerintahan Raja-raja Tang (618-906). Raja yang terkenal adalah Ratu Sima. Ia dikenal sebagai Ratu yang tegas, jujur, dan bijaksana. Berita lain yang berasal dari seorang pendeta Buda, I-tsing menyatakan bahwa dalam tahun 664 datang seorang pendeta bernama Hwi-ning di Holing, yang tinggal selama 3 tahun untuk menerjemahkan berbagai kitab suci Budha Hinayana. Sumber lain mengenai Kerajaan ini diperoleh dari prasasti Tuk Mas, prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta. Dilihat dari bentuk jenis hurufnya berasal dari sekitar tahun 650 M. Berdasarkan prasasti ini diperkirakan Kerajaan Kaling berada di sekitar Purwodadi dan Blora.
5. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya yang muncul pada abad ke-6, pada mulanya berpusat di sekitar Sungai Batanghari, pantai timur Sumatra. Pada perkembangannya, wilayah kerajaan Sriwijaya meluas hingga meliputi wilayah Kerajaan Melayu, Semenanjung Malaya, dan Sunda (kini wilayah Jawa Barat). Dalam berita Cina Kerajaan Sriwijaya dikenal dengan nama che-lifo-che. Keterangan mengenai Kerajaan Sriwijaya diperoleh dari berita seorang pendeta dari Cina bernama I-tsing, yang pada tahun 671 berangkat dari Kanton ke India. Di tengah perjalanannya ia singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar tata bahasa Sansekerta. Selain dari I-Tsing, keterangan mengenai Sriwijaya juga diperoleh dari Prasasti-prasasti antara lain : Prasasti kedukan bukit yang berisi tentang perjalanan suci Sang Dapunta Hyang, Prasasti Kota Kapur yang berisi permintaan kepada para dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya, Prasasti Telaga Batu yang berisi kutukan terhadap mereka yang berbuat kejahatan, prasasti Talang tuo dan prasasti Karang Berahi. Tulisan dalam prasasti tersebut menggunakan huruf Palllawa dan bahasa Mekayu Kuno.
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak Budha yang berada di Sumatra. Raja yang pernah berkuasa adalah Sri Jayanaga, Balaputradewa (raja yang paling terkenal), dan Sri Sanggramawijayatunggawarman. Kerajaan Sriwijaya mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Pada masa itu, kegiatan perdagangan luar negeri ditunjang juga dengan penaklukan wilayah-wilayah sekitar. Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Raja kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggrama Wijayatunggawarman.
Pada masa pemerintahan Sri Sanggrama Wijayatunggawarman pengaruh Sriwijaya mulai mengalami kemunduran terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. Akibat serangan Raja Colamanda dari India dan Ekspedisi Pamalayu dari Singosari Kerajaan Sriwijaya runtuh.
6. Kerajaan Bali
Sumber sejarah yang mengenai Kerajaan Bali ialah Prasasti Sanur (914 M) yang dikeluarkan oleh Sri Kesariwarmadewa yang merupakan raja pertama di Bali dari Dinasti Warmadewa, pusat Kerajaan Bali berada di Singhamandawa. Penggantinya adalah Ugrasena, yang selama pemerintahannya membuat kebijakan pembebasan beberapa desa dari pajak (915 M). Pada tahun 933 M, dibangun juga tempat-tempat suci dan pesanggrahan bagi peziarah dan perantau yang menginap. Pengganti Ugrasena adalah Tabanendra Warmadewa yang memerintah bersama permaisurinya. Pada tahun 938 M Kerajaan Bali diperintah oleh seorang Ratu yang bergelar Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Pengganti ratu ini adalah Dharma Udayana Warmadewa.
Pada masa pemerintahan Udayana, hubungan Kerajaan Bali dan Mataram Kuno berjalan sangat baik. Hal ini disebabkan oleh adanya pernikahan antara Udayana dengan Gunapriya Dharmapatni, cicit Mpu Sendok yang kemudian dikenal sebagai Mahendradata. Pada masa itu banyak dihasilkan prasasti-prasasti yang menggunakan huruf Nagari dan Kawi serta bahasa Bali Kuno dan Sangsekerta. Setelah Udayana wafat, Marakatapangkaja naik tahta sebagai raja Kerajaan Bali. Putra kedua Udayana ini menjadi raja Bali berikutnya karena putra mahkota Airlangga menjadi raja Medang Kemulan.
Dari prasasti-prasasti yang ditemukan terlihat bahwa wilayah kekuasaan Udayana meliputi daerah yang luas termasak Gianjar, Buleleng. Tampaksiring dan Bwahan (Danau Batur). Ia juga mengusahakan pembangunan candi di Gunung Kawi. Pengganti raja Marakatapangkaja adalah adiknya sendiri yang bernama Anak Wungsu. Anak Wungsu adalah raja dari Wangsa Warmadewa terakhir yang berkuasa di kerajaan Bali karena ia tidak mempunyai keturunan. Ia meninggal pada tahun 1080 dan dimakamkan di Gunung Kawi (Tampak Siring).
Setelah anak Wungsu, kerajaan Bali dipimpin oleh Sri Sakalendukirana. Raja ini digantikan Sri Suradhipa yang memerintah dari tahun1037 Saka hingga 1041 Saka. Raja Suradhipa kemudian digantikanJayasakti. Setelah Raja Jayasakti, yang memerintah adalah Ragajaya selitar tahun 1155. Ia digantikan oleh Raja Jayapangus (1177-1181). Raja terakhir Bali adalah Paduka Batara Sri Artasura yang bergelar Ratna Bumi banten (Manikan Pulau Bali). Raja ini berusaha mempertahahankan kemerdekaan Bali dari seranggan Majapahit yang di pimpin oleh Gajah Mada. Sayangnya upaya ini mengalami kegagalan. Pada tahun 1265 Saka tau 1343, Bali dikuasai Majapahit. Pusat kekuasaan mula-mula di Samprang, kemudian dipindah ke Gelgel dan Klungkung.
7. Kerajaan Mataram Kuno
Di wilayah Jawa Tenggah, pada sekitar abad ke-8, perkembangan sebuah Kerajaan Mataram Kuno. Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno disebut Bhumi Mataram yang terletak di pedalaman Jawa Tenggah. Daerah tersebut memiliki banyak pegununggan dan sungai seperti Sungai Bogowanto, Sungai Progo, dan Bengawan Solo. Sumber berita mengenai Kerajaan ini berasal dari prasasti yang ditemukan di Gunung Wukir yakni prasasti Canggal. Prasasti yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta ini menyebutkan pendirian lingga di atas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya memerintah sekitar abad 732 M. Masa pemerintahan Sanna dan Sanjaya dapat kita ketahui dari deskripsi kitab Carita Parahyangan. Dalam prasasti lain, yaitu Prasasti Balitung, Raja Sanjaya dianggap sebagai pendiri Dinasti Sanjaya, penguasa Mataram Kuno.
Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya (yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari Dinasti Syailendra (yang menganut Agama Budha). Sanjaya dinobatkan sebagai raja pada tahun 717 dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Kedudukan Sanjaya sangat kuat dan berhasil menyejahterakan rakyat Kerajaan Mataram Kuno. Sanjaya menyebarkan pengaruh Hindu di pulau Jawa. Setelah Raja Sanjaya meninggal, Mataram diperintah oleh Rakai Panangkaran. Raja Rakai Panangkaran banyak mendirikan candi, seperti Candi Sewu, Candi Plaosan dan Candi Kalasan. Dari bukti-bukti tersebut, diketahui bahwa Raja Rakai Panangkaran beragama Buddha.
Raja Mataram Kuno setelah Rakai Panangkaran berturut-turut adalah Rakai Warak dan Rakai Garung. Akibat penguasa yang lemah sehingga Kerajaan Mataram berpindah penguasa yaitu Samaratungga, pada masa kekuasaan Raja Samaratungga dibangun Candi Borobudur. Pengganti Samaratungga adalah menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami dari Pramodhawardani). Pada abad ke-9 terjadi penggabungan kedua dinasti tersebut melalui pernikahan politik antara Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya dengan Pramodawardhani (Putri Raja Samaratungga), dari keluarga Syailendra. Menurut beberapa Prasasti, seperti Prasasti Ratu Boko (856), menunjukkan telah terjadinya perang saudara antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa. Pada masa Rakai Pikatan di bangun Candi Prambanan untuk pemujaan bagi pemeluk agama Hindu.
Kerajaan Mataram mencapai Puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Balitung. Selain struktur pemerintahan baru, Raja Balitung juga menulis Prasasti Balitung. Prasasti yang juga dikenal sebagai Prasasti Mantyasih ini adalah prasasti pertama di Kerajaan Mataram Kuno yang memuat silsilah pemerintahan Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Raja Balitung berhasil menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman perpecahan. D Sri Maharaja Daksa, yang pada masa pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino, tidak lama memerintah Kerajaan Mataram Kuno. Penggantinya, Sri Maharaja Tulodhong juga mengalami nasib serupa. Dibawah pimpinan Sri Maharaja Rakai Wawa. Kerajaan Mataram Kuno dilanda kekacauan dari dalam, yang membuat kacau ibu kota. Sementara itu, kekuatan ekonomi dan politik Kerajaan Sriwijaya makin mendesak kedudukan Mataram di Jawa.
Pada tahun 929 M, pusat kerajaan Mataram dipindahkan ke Watugaluh (JawaTimur) oleh Empu Sindok. Hal ini dilakukan untuk menghindari ancaman bahaya letusan gunung berapi. Pengganti Empu Sindok adalah Dharmawangsa. Ketika kepemimpinannya terjadi peristiwa "Pralaya Medang" yaitu penyerbuan Mataram oleh Wura Wari (bawahan Darmawangsa yang dihasut oleh Sriwijaya). Pengganti Dharmawangsa sekaligus raja terakhir Mataram adalah Airlangga. Airlangga adalah menantu Dharmawangsa. Berakhirnya Kerajaan Mataram karena Airlangga membagi kerajaan menjadi dua untuk menghindari perebutan kekuasaan antara putra Darmawangsa dan putra Airlangga, Mapanji Garasakan. Mataram dibagi menjadi dua yaitu Jenggala atau singosari yang beribu kota di kahuripan dan Panjalu atau Kediri yang beribu kota di Daha.
8. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri berada di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Raja Sri Jayawarsha merupakan raja pertama Kerajaan Kediri. Raja yang bergelar Sri Jayawarsha Digjaya Shastra Prabhu ini mengaku dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu seperti Airlangga. Raja kerajaan kediri selanjutnya adalah Kameswara. Kameswara bergelar Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayatunggadewa.
Dalam kitab Kakawin Smaradahana, karangan Mpu Dharmaja, diceritakan bahwa Raja Kameswara adalah keturunan pendiri Dinasti Isyana yang menikah dengan Chandra Kirana. Pengganti Kameswara adalah Jayabhaya yang bergelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudanawataranindita Suhrtsingha Parkrama Digjayotunggadewa Jayabhayalanchana. Pada masa pemerintahan Jayabhaya, terjadi perang saudara ini diabadikan dalam bentuk Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Pengganti Jayabhaya yaitu Sarweswara dari Aryyeswara, tidak banyak diketahui. Raja berikutnya adalah Gandra. Para pejabat diberi gelar tertentu dengan nama-nama hewan, seperti Gajah atau Kebo. Penggunaan nama-nama tersebut menjadi tanda pengenal kepangkatan tertentu di Kerajaan Kediri.
Raja kerajaan Kediri berikutnya adalah Kertajaya atau Srengga. Pada masa pemerintahannya, Kediri mulai mengalami masalah dan ketidakstabilan. Hal ini karena Kertajaya berusaha membatasi dan mengurangi hak istimewa para kaum Brahmana saat itu, di daerah Tumapel (sekarang Malang) muncul kekuatan baru di bawah pimpinan Ken Arok. Perlahan-lahan, terjadi arus pelarian para Brahmana dari wilayah Kediri menuju Tumampel. Kertajaya menyikapi arus pelarian ini dengan mengerahkan tentara Kerajaan Kediri untuk menyerbu Tumapel. Perang antara pasukan Kertajaya dan Ken Arok terjadi di Ganter (1222). Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan kekuasaan pasukan Kertajaya dan dengan sendirinya mengakhiri kekuasaan Kerajaan Kediri. Sumber mengenai Kerajaan Kediri berasal dari berita Cina, yakni dalam kitab Ling-wai-tai-ta yang memberitahukan gambaran mengenai pemerintahan dan masyarakat Kediri.
9. Kerajaan Singosari
Pusat Kerajaan Singosari terletak di Malang, Jawa Timur. Ketika Ken Arok berkuasa di Tumapel, di Kerajaan Kediri berlangsung perselisihan antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana. Para Brahmana tersebut melarikan diri ke Tumapel. Namun, dalam pertempuran di Ganter, Raja Kertajaya mengalami kekalahan dan meninggal. Kemudian, Ken Arok menyatukan Kerajaan Kediri dan Tumapel, kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok, setelah berhasil membunuh Bupati tumapel Tunggul Ametung. Ken Arok menjadi raja pertama Singasari dan berhasil memperistri Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Sebelumnya Ken Arok memiliki seorang istri bernama Ken Umang. Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh Anusapati (anak dari Tunggul Ametung), diceritakan bahwa Ken Arok dibunuh dengan menggunakan keris Mpu Gandring yang di pakai untuk membunuh Tunggul Ametung. Pemerintahan Anusapati tidak berjalan lama karena ia dibunuh oleh Tohjaya (anak dari Ken Arok) Tohjaya membunuh Anusapati juga dengan mengunakan keris Mpu Gandring. Setelah Wafat, jenazah Anusapati diperabukan di Candi Kidal. Tidak lama kemudian Ranggawuni (anak dari Anusapati) menuntut kekuasaan dari Tohjaya, tetapi Tohjaya menolak dan mengirimkan pasukan melawan Ranggawuni. Ranggawuni yang dibantu oleh Mahisa Cempaka, anak Mahisa Wong Ateleng, saudara tiri Anusapati dari ibu yang sama melakukan pemberontakan. Pemberontakan yang dilakukan Ranggawuni berhasil menyerbu masuk ke istana dan melukai Tohjaya dengan tombak. Dalam pertempuran tersebut Tohjaya melarikan diri dan akhirnya meninggal di daerah Katang Lumbung. Ranggawuni naik tahta dengan gelar Sri Jaya Wisnu Wardana pada tahun 1248 M. Mahisa Cempaka yang telah membantunya merebut tahta, memperoleh anugrah kedudukan sebagai Ratu Angabhaya, pejabat terpenting kedua di Kerajaan Singgasari dengan gelar Narasinghamurti. Setelah meninggal ia digantikan putranya yaitu Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Kumararaja (Raja Muda).
Kertanegara mendampingi ayahnya memerintah sampai tahun 1268. Ketika Wishnuwardhana meninggal di Mandaragiri, ia dimuliakan di dua tempat yang berbeda. Di Candi Jago (Jajaghu) sebagai Buddha Amoghapasha dan di Candi Weleri sebagai Siwa. Raja Kertanegara adalah raja yang terkenal dan terbesar dari kerajaan Singasari. Ia mempunyai semangat Ekspansionis. Kertanegara bercita-cita memperluas Kerajaan Singasari hingga keluar Pulau Jawa yang disebut dengan istilah Cakrawala Mandala. Pada tahun 1275, ia mengirim pasukan ke Sumatra untuk menguasai Kerajaan Melayu yang disebut sebagai ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi tersebut, Kerajaan Melayu berhasil di taklukan tahun1260. Peristiwa ini diabadikan pada alas patung Amoghapasha di Padangroco (Sungai Langsat) yang berangka tahun 1286. Diceritakan bahwa beberapa kali utusan dari Cina datang ke Kerajaan Melayu yang menuntut mengirm upeti, namun ditolak oleh Raja Kertanegara.
Pada tahun 1289, utusan Cina bernama Meng K'i dikirim pulang ke Cina sehingga Kaisar Kubilai Khan marah dan mengirim pasukan untuk menyerang Kerajaan Singasari. Keruntuhan kerajaan Singasari adalah karena mendapat serangan Jayakatwang dari Kediri. Menurut cerita, pada saat serangan musuh datang, Raja Kertanegara beserta para pejabat dan pendeta sedang melakukan upacara Tantrayana sehingga dapat dengan mudah mereka semua dibunuh oleh musuh Sumber sejarah tentang Kerajaan Singasari di Jawa Timur adalah kitab-kitab kuno, seperti Pararaton (Kitab Raja-Raja) dan Negarakertagama. Kedua kitab itu berisis sejarah raja-raja. Kerajaan Singasari dan majapahit yang saling berhubungan erat. Ia bergelar Sri Rangga Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindrawangsa di Jawa Timur.
10. Kerajaan Majapahit
Raden Wijaya merupakan menantu dari Kertanegara yang selamat dan berhasil lolos dari serangan Jayakatwang. Beserta pengikutnya yang selamat Raden Wijaya mencari perlindungan kepada Bupati Madura Arya Wiraraja. Atas saran Arya Wiraraja Raden Wijaya menhambakan dirinya kepada Jayaktwang di Kasiri, dan ia dianugerahi tanah di desa Tarikh. Dengan bantuan orang-orang Madura, Raden Wijaya membangun pemukiman yang pada akhirnya dinamai Majapahit. Kerajaan ini merupakan Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di pulau Jawa. Nama kerajaan ini berasal dari buah maja yang pahit rasanya.
Sementara itu pada tahun 1292, ekspedisi militer Khubilai Khan tiba di pelabuhan Tuban, Jawa Timur. Pasukan Khubilai Khan terdiri dari 1.000 buah kapal dengan 20.000 orang prajurit. Tujuan ekspedisi ini yakni untuk menghukum Kertanegara yang telah menghina Khubilai Khan. Pada saat itu Khubilai Khan tidak mengetahui bahwa Kertanegara telah dikalahkan oleh Jayakatwang. Hal ini, dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Setelah mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutunya. Raden Wijaya naik tahta sebagai Raja Majapahit pada tahun 1293 dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Pada tahun 1295., berturut-turut pecah pembrontakan yang dipimpin oleh Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi. Pembrontakan-pembrontakan itu bisa dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 dan mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu Candi Simping (Sumberjati) dan Candi Artahpura.
Setelah Raden Wijaya meninggal, Kerajan Majapahit diperintah oleh Jayanegara (1309-1328). Dalam masa pemerintahannya timbul beberapa pemberontakan antara lain, pemberontakan Nambi, Semi, Ranggalawe, Lembu Sora dan Kuti. Pemberontakan Kuti adalah yang dianggap paling berbahaya karena berhasil menduduki ibukota Majapahit dan Jayanegara terpaksa mengungsi ke daerah Badander. Akhirnya pemberontakan Kuti berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada, dan berkat jasanya ia di angkat menjadi patih Kahuripan. Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah seorang anggota dharmaputra yang bernama Tanca. Pengganti Jayanegara adalah Tribuwanatunggadewi (1328-1350). Ketika pemerintahannya timbul pemberontakan Sadeng pada tahun 1331, pemberontakan ini juga berhasil ditumpas oleh Gajah Mada sehingga ia di angkat menjadi Mahapatih Majapahit. Pada waktu pelantikan ia mengucapkan sumpah yang dikenal dengan "Sumpah Palapa". Isi sumpahnya adalah tidak akan merasakan palapa (istirahat) sebelum menyatukan nusantara di bawah Majapahit.
Setelah Tribuwanatunggadewi meninggal ia digantikan putranya yaitu Hayam Wuruk. Pada tahun 1350, Hayam Muruk dinobatkan sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara. Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Majapahit mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di dampingi mahapatih Gajah Mada. Gajah Mada meninggal tahun 1364. Meninggalnya Gajah Mada menjadi titik tolak kemunduran Majapahit. Setelah Gajah Mada tidak ada negarawan yang kuat dan bijaksana. Keadaan semakin memburuk setelah Hayam Wuruk juga meninggal pada tahun 1389. Hayam Wuruk tidak memiliki putra mahkota. Tahta kerajaan Majapahit diberikan pada menantunya yang bernama Wikramawardhana (suami dari putri mahkota Kusumawardhani).
Keruntuhan Majapahit antara lain akibat tidak ada tokoh yang cakap dan berwibawa sesudah wafatnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Terjadi Perang paregrek pada tahun 1401 (perang saudara) antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana. Perang Paregreg baru berakhir pada tahun 1406 dengan terbunuhnya Bhre Wirabhumi. Parang saudara ini semakin melemahkan Kerajaan Majapahit. Banyak negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan diri, dan Berkembangnya agama Islam di pesisir Pantai Utara Jawa. Kerajaan Majapahit runtuh sekitar tahun 1500-an yang didasarkan pada tahun bersimbol Sima Bang Kertaning Bhumi.
Perkembangan Kerajaan-Kerajaan bercorak Islam Awal
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan pertama yang bercorak Islam. Kerajaan ini terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kuang lebih di seitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara. Raja pertama Samudra Pasai adalah Marah Silu yang bergelar Sultan Malik al- Shaleh. Pada tahun 1297 Sultan Malik al- Shaleh digantikan oleh putranya Sultan Muhammad yang memerintah sampai tahun 1326 M. Sultan ini lebih dikenal dengan nama Malik al- Tahir. Penggantinya adalah Sultan Ahmad (1326-1345), yang juga memakai nama Malik al- Tahir. Pada masa pemerintahannya Pasai mendapat kunjungan dari seorang utusan Sultan Delhi bernama Ibnu Battuta. Sumber mengenai Kerajaan ini terdapat dalam kitab Rihlah ila I-Masyriq (pengembaraan ke Timur) karya Ibnu Battuta (1304-1368), diketahui bahwa Pasai merupakan sebuah pelabuhan yang sangat penting.
2. Kerajaan Malaka
Pada abad ke- 15, muncul kerajaan Islam dan pusat perdagangan yang baru, yaitu Malaka. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara yang merupakan pangeran Palembang yang melarikan diri dari serangan Majapahit dan menetap di Malaka. Letak Malaka yang strategis diajadikan sebagai kota pelabuhan. Dengan bantuan para perompak menjadikan Kerajaan Malaka sebagai Pelabuhan Internasional pada abad ke- 15 dna 16. Kejayaan Kerajaan Malaka disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu, Parameswara telah mengambil kesempatan untuk menjalinkan hubungan baik dengan negara Cina. Adanya pernikahan sultan Malaka dengan putri dari negara Cina. Malaka mendapat perlindungan dari Cina yang merupakan pemegan kekuasaan terbesar di dunia pada masa itu. Pada tahun 1414 sebelum meninggal Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Iskandar Syah. Ia digantikan oleh anaknya Muhammad Iskandar Syah. Sultan ini memerintah selama 10 tahun (1414-1424) dan digantikan oleh Muhammad Syah. Pengganti Muhammad Syah adalah Seri Parameswara Dewa, dari namanya dapat dipastikan bahwa tidak menganut Agama Islam.
Masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dikarenakan dia meninggal karena dibunuh. Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah Malaka melakukan ekspansinya di Semaenanjung Malaya dan Pantai Timur Sumatera. Sehingga, pada tahun 1455 dan 1456 mendapat serangan dari Siam namun dapat dipatahkan. Dibawah pemerintahan Sultan Mansur Syah 1459, Malaka menyerbu Kedah dan Pahang dan menjadikannya negara vassal. Dibawah sultan yang sama Johor, Jambi dan Siak juga takluk. Kejayaan Malaka tetap memuncak dalam masa pemerintahan Sultan Alaudin Syah (1477-1488), akan tetapi pada masa pemeritahan Sultan Mahmud Syah pada tahun 1511 Malaka diserang Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Aluquerqeu. Serangan inilah akhir dari masa Kerajaan Malaka.
3. Kerajaan Demak
Pada abad ke- 15 Kerjaan Majapahit mengalami kemunduran, yang mengakibatkan negara bawahannya memisahkan diri. Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam di Jawa, yang didirikan oleh Raden Patah. Kerajaan Demak ini berdiri dengan adanya dukungan dari kota-kota pelabuhan islam seperti Tuban dan Gresik. Jatuhnya Malaka ke tangan portugis, secara tidak langsung mendorong kemajuan Demak menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Jawa. Sehingga Islam tersebar hingga ke Cirebon dan Banten. Pada tahun 1518 Raden Patah wafat, dan digantikan oleh putranya Pati Unus. Pati Unus memimpin hanya selama 3 tahun, dan kemudian digantikan oleh Sultan Trenggono yang memerintah hingga tahun 1546. Pada tahun 1513 Demak berusaha mengusir orang Portugis dari Malaka, namun mengalami kegagalan. Permusuhan antara Demak dan Portugis kemudian beraih menjadi perebutan pengaruh di Pulau Jawa. Dalam upayanya untuk menangkal pengaruh Portugis, Sultan Trenggono mendapat bantuan dari seorang ulama Pasai bernama Fatahillah yang menjadi iparnya.
Pada tahun 1527, Portugis datang ke Sunda Kelapa untuk mendirikan benteng sesuai dengan perjanjian dengan Pajajaran. Namun, mereka menemukan bahwa Sunda Kelapa sudah menjadi Jayakarta yang mengakui kedaulatan Fatahillah di Banten. Pada tahun 1546 Sultan Trenggono terbunuh di Pasuruan, terjadi perebutan kekuasaan antara adik Trenggono yang bernama Pangeran Sekar Seda Lepen dan anak Trenggono yang bernama Pangeran Prawata. Pada akhirnya Pangeran Prawata dibunuh oleh Arya Panangsang yang menuntut balas kematian ayahnya Pangeran Sekar Seda Lepen. Tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan adipati Pajang yang merupakan menantu Sultan Trenggono, Hadiwijaya (terkenal dengan nama Jaka Tingkir). Setelah berhasil mengalahkan Arya Panangsang, pada tahun 1568 Hadiwijaya memindahkan keraton Demak ke Pajang. Dengan ini, berakhirlah Kerajaan Demak dan digantikan dengan berdirinya Kerajaan pajang.
4. Kerajaan Pajang
Setelah wafatnya Sultan Trenggana, kekuasaan Demak bergeser ke Pajang dengan rajanya Jaka Tingkir (1546-1586). Jaka Tinggir bergelar Sultan Hadiwijaya. Kerajaan pajang terletak di daerah Kartasura (dekat Surakarta atau Solo), Jawa tengah. Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama yang terletak di daerah pedalaman. Sebelumnya, kerajaan islam selalu berada di daerah pesisir, karena islam datang melalui para pedagang dari asia barat yang berlabuh di pesisir. Setelah terbunuhnya Pangeran Prawata, Arya Panangsang menguasai kerajaan Demak. Untuk menegakkan kekuasaan pajang, Sultan Hadiwijaya harus berhadapan dengan Arya Panangsang.
Dikisahkan dalam Babad Tanah Jawi, Sultan Hadiwijaya mendapat bantuan dari tiga orang yakni Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, Ki Juru Mertani. Arya Penangsang terkenal sakti, karena merupakan murid utama sunan Kudus, senapati perang kerajaan demak. Untuk menghadapi kesaktian penangsang, ketiga orang itu membuat strategi. Pada akhirnya Arya Panangsang dapat dikalahkan oleh Danang Sutawijaya. Untuk menepati janjinya Sultan Hadiwijaya memberikan hadiah tanah pati kepada Ki Penjawi dan tanah Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Sultan Hadiwijaya memperluas kekuasaannya di jawa pedalaman ke arah timur sampai daerah madiun, di aliran anak bengawan Solo yang terbesar. Pada tahun 1554, Blora, dekat Jipang, dapat diduduki pula. Pada tahun 1577 berhasil menduduki Kediri. Pada tahun 1581, sesudah usia sultan Hadiwijaya melampaui setengah baya, ia berhasil mendapatkan pengakuan sebagai sultan islam dari raja-raja terpenting di jawa timur. Namun, Pajang tidak dapat menguasai wilayah lautan dan Madura.
Sultan Hadiwijaya wafat pada tahun 1987, Ia digantikan oleh menantunya, Arya Pangiri, anak Sunan Prawoto. Sebelum diangkat ke tahta pajang, Arya Pangiri adalah penguasa demak. Sementara itu, anak sultan Hadiwijaya, pangeran Benawa, disingkirkan oleh Arya Pangiri, dan dijadikan Adipati Jipang. Pangeran Benawa naik tahta setelah berhasil menggulingkan Arya Pangiri dengan bantuan Danang Sutawijaya. Pada akhirnya, Pangeran Benawa mengundurkan diri dari tahta dan memilih menjadi pengabdi agama. Tahta Kerajaan Pajang di serahkan kepada Sutawijaya, dan dipindahkan ke Mataram dan Sutawijaya menjadi raja bergelar Panembahan Senopati (1575-1601).
5. Kerajaan Mataram Islam
Tanah hadiah dari Sultan Hadiwijaya, dalam waktu singkat tanah tersebut berubah menjadi sebuah daerah yang bernama Mataram. Namun, pada tahun 1575 Ki Ageng Pemanahan meninggal akibat sakit. Kemudian Mataram dipimpin oleh Sutawijaya. Pada tahun 1582, setelah membantu Pangeran Benawa untuk menggulingkan Arya Panggiri, Sutawijaya memindahkan kekuasaan Pajang ke Mataram. Hal ini, dikarenakan Pangeran Benawa memilih menjadi pengabdi agama dan menyerahkan tahtanya kepada Sutawijaya. Sebelumnya, ketika Kerajaan Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya hubungan antara Pajang dan Mataram tidak baik. Mataram masih merupakan daerah bawahan dari Kerajaan Pajang, namun dibawah kepemimpinan Sutawijaya yang menginginkan membebaskan Mataram dari Pajang menyebabkan terjadinya peperangan.
Dalam peperangan antara Sultan Hadiwijaya dan Sutawijaya, Pajang mengalami kekalahan. Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga. Dibawah kepemimpinan Sutawijaya, Kerajaan Mataram melakukan perluasan wilayah dengan melancarkan serangan ke daerah-daerah di sekitarnya. Pada tahun 1590, Panembahan Senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599. Tujuan dari perluasan wilayah yang dilakukan oleh Panembahan Senopati ialah keinginannya untuk menjadikan Mataram sebagai pusat budaya dan Agama Islam, untuk menggantikan Kesultanan Demak.
Dalam pemerintahannya Panembahan Senopati menggunakan sistem Dewa-Raja, dimana pusat kekuasaan terdapat pada Sultan. Panembahan Senopati meninggal pada tahun 1601, dan digantikan putranya Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak (1601 – 1613). Sepeninggal Mas Jolang, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa pemerintahan Mas Rangsang Mataram mencapai kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan. Mas Rangsang bergelar Agung Hanyakrakusuma, pada masa kekuasaannya pusat pemerintahannya berada di Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur sekitar 20 tahun, dengan gelar “Panembahan”. Pada tahun 1624, gelar “Panembahan” diganti menjadi “Susuhunan” atau “Sunan”. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.
Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan Mataram pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa daerah, maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa. Pada tahun 1628, Mataram menyerang VOC di Batavia dibawah Tumengggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul. Namun, serangan ini gagal dan mengakibatkan Tumenggung Baureksa gugur. Pada tahun 1629, Mataram melancarkan serangan ke benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Dalam penyerangan ini pasukan Mataram dibawah pimpinan Ki Ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, Ki Ageng Puger. Akan tetapi serangan ini juga dapat dipatahkan lagi oleh VOC. Bagi sultan Agung, kerajaan mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan di tanah jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem kekuasaan kerajaan.
Sultan Agung meninggal pada tahun 1664, kemudian Mataram diperintah oleh Sunan Tegalwangi dengan gelar Amangkurat I ( 1646 – 1677). Di bawah pemerintahannya, kerajaan mulai mengalami kemunduran dengan adanya pemberontakan yang dilakukan Trunajaya dari Madura dan wilayah yang semakin menyempit akibat direbut oleh VOC. Sepeninggal Amangkurrat I, Mataram diperintah oleh Amangkurat II yang menurunkan Dinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di Yogyakarta. Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya. Setelah Perang Giyanti 1755, wilayah mataram dibagi menjadi dua yaitu Mataram Surakarta dan Mataram Yogyakarta. Pada tahun 1757 dan 1813, perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan pakualaman.
6. Kerajaan Banten
Kerajaan Banten terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Dibawah pimpinan Fatahillah Banten dapat dikuasai oleh pasukan Demak. Fatahillah merupakan menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah merupakan salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja Banten. Kerajaan Banten berdiri pada tahun (1522- 1570), dengan rajanya Sultan Hasanudin.
Kerajaan ini berdiri setelah melepaskan diri dari Kerajaan Demak yang mengalami kemunduran. Di bawah masa pemerintahanya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, menjadikan Banten sebagai pusat perdagangan selain karena letaknya yang sangat sangat stratetgis. Keberadaan Portugis di Malaka menyebabkan para pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda.
Sepeninggal Sultan Hasanudin, Kerajaan Banten kemudian dipimpin oleh putranya Pangeran Yusuf (1570-1580). Di bawah pemerintahan Pangeran Yusuf Banten berhasil merebut wilayah Pajajaran dan Pakuan. Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Maulana Muhammad diangkat menjadi raja pad usia sembilan tahun dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Disebabkan usianya yang masih dini, dalam pemerintahannya dibantu oleh Mangkubumi hingga dia dewasa. Pada tahun 1595, Maulana Muhammad gugur dalam ekspedisi Palembang. Tahta digantikan oleh putranya Abu’lmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Pada tahun 1651-1692 Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Dibawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa banten mengalami kemajuan pesat. Pada tahun 1671 putranya Sultan haji yang menjadi raja pembantu berhubungan dengan Belanda yang menyebabkan Banten terpecah. Dari beberapa data mengenai Banten yang tersisa, dapat diketahui, lokasi awal dari Banten tidak berada di pesisir pantai, melainkan sekitar 10 Kilometer masuk ke daratan, di tepi sungai Cibanten, di bagian selatan dari Kota Serang sekarang ini. Wilayah ini dikenal dengan nama “Banten Girang” atau Banten di atas sungai, nama ini diberikan berdasarkan posisi geografisnya.
7. Kerajaan Gowa dan Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo membetnuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Posisis kedua kerajaan ini sangat penting, karena leteknya strategis untuk perdagangan. Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah, pada abad ke- 17 Kerajaan Gowa mengalami perkembangan pesat di bidang agama. Sultan Alaudin merupakan Raja Makassar yang pertama memeluk agama yang memerintah dari tahun 1591-1638 M. Di bawah pemerintahan Sultan Alaudin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran-perdagangan (dunia maritim). Pada masa ini, rakyat Makasar mengalami peningkatan kesejahteraan.
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Di masa pemerintahan Sultan Hasannudin Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Sultan Hasanudin merupakan raja yang menentang kehadiran dan monopoli yang dilakukan oleh VOC. Pertentangan antara VOC dan Sultan Hasanuddin sering menimbulkan peperangan. Atas keberanian Sultan Hasanuddin dalam melawan Belanda, ia mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.
Untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar, Belanda menggunakan taktik ada domba antara Makasar dengan Kerajaan Bone (raja pada saat itu adalah Aru Palaka). Raja Bone erasa dijajah oleh Makasar yang setuju dengan Belanda untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk mengahancurkan Makasar. Akibat adanya persekutuan itu, mengharuskan Kerajaan Makasar menagakui kekalahannya dengan menandatangani perjanjian Bongaya tahun 1667.
Isinya sebagai berikut:
- VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
- Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
- Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
- Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Pada masa pemerintahan Mapasomba (putra Hasannudin), Kerajaan Makasar tetap melakukan perlawanan terhadap Belanda. Untuk mengahadapi perlawanan ini Belanda mengerahkan pasukannya yang menyebabkan kehancuran Kerajaan Makasar.
8. Kerajaan Ternate dan Tidore
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M) dan Penggantinya adalah Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Kerajaan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur. Kerajaan ini termasuk dari empat kerajaan islam yang terdapat di Maluku. Kerajaan Ternate merupakan salah satu kerajaan islam tertua di Indonesia. Pada masa itu Agama Islam di Maluku menyebar luas ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera
Kerajaan Ternate dan Tidore berada di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara). Kedua kerajaan ini memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Namu, dalam perkembangannya kedua kerajaan ini bersaing merebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. Dalam persaingan ini Kerajaan Tidore bersekutu dengan Spanyol dalam menghadapi Kerajaan Ternate yang bersekutu dengan Portugis.
Dari persaingan tersebut menimbulkan dua persekutuan dagang, yaitu:
- Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.
- Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku.
Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultab Baabullah Kerajaan Ternate mengalami kejayaan. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Kemunduran Kerajaan Ternate dan Tidore disebabkan karena adanya diadu domba diantara kedua kerajaan ini yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Kebudayaan Barat
1. Pengertian Kebudayaan Barat
Kebudayaan barat adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara mamahami ilmu pengtahuan dan filsafat. Mereka melakukan berbagai macam cara diskusi dan debat untuk menemukan atau menentukan makna seperti apa yang sebenarnyamurni /asli dari kesadaran. Mereka banyak belajar dan juga mengajar yang awalnya datang dari proses diskusi dan perdebatan yang mereka lakukan. Melalui proses belajar dan mengajar, para ahli kebudayaan barat dituntut untuk pandai dalam berceramah dan berdiskusi. Hal itu dilakukan karena pada akhirnya akan banyak yang mengikuti ajarannya.
Kebudayaan Barat tak bisa langsung diartikan kebudayaan yang datang dari barat. Kebudayaan barat yang di tulis sebagai westernculture. Westernculture diakui oleh negara belahan dunia manapun sebagai kultur yangberada di Eropa barat bukan Amerika, bukan Australia, dan bukan Negara Eropa Timur atau Selatan. Namun seiring perkembangan,terjadilah pembatas yang membatasi budaya barat dan timur. Mungkin karena perbedaanras,Agama, persamaan kebudayaan di beberapa belahan negara, sehingga muncul istilah tersebut. Jadi, jika kita langsung melogika. Budaya barat bukanlah sebuah istilah sebuah arah mata angin yaitu budaya pada bagian baratkita melainkan sebuah istilah yang berawal dari kawasan eropa barat.
Ada 3 ciri dominan dalam budaya Barat:
- Pertama adalah “penghargaan terhadap martabat manusia”. Hal ini bisa dilihat pada nilai-nilai seperti: demokrasi, institusi sosial, dan kesejahteraan ekonomi.
- Kedua adalah “kebebasan”. Di Barat anak anak berbicara terbuka di depan orang dewasa, orang orang berpakaian menurut selera masing-masing, mengemukakan pendapat secara bebas, tidak membedakan status sosial dsb.
- Ketiga adalah “penciptaan dan pemanfaatan teknologi” seperti pesawat jet, satelit, televisi, telepon, listrik, komputer dsb. orang Barat menekankan logika dan ilmu. orang Barat cenderung aktif dan analitis.
2. Pengertian Kebudayaan Timur
Kebudayaan Timur adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara melakukan berbagai macam pelatihan fisik dan mental. Pelatihan fisik dapat dicontohkan dengan cara menjaga pola makan dan minum ataupun makanan apa saja yang boleh dimakan dan minuman apa saja yang boleh di minum, karena hal tersebut dapat berpengaruh pada pertumbuhan maupun terhadap fisik. Sedangkan untuk pelatihan mental yaitu dapat berupa kegiatan yang umumnya/mayoritas dilakukan sendiri, seperti : bersemedi, bertapa, berdo’a, beribadah, dll.
Kebudayaan timur yang dimaksud disini adalah sebuah kebudayaan diluar kebudayaan orang-orang eropa barat (bangsa eropa barat dan jajahannya). Kebudayaan timur muncul sebagai pembeda dari negara-negara yang pernah dijajah oleh bangsa eropa barat. Oleh karena itu munculah sebuah istilah barat dan timur.
Hal yang paling dominan dari kebudayaan timur adalah adat istiadat yang masih dipegang teguh.Walaupun adat istiadat saat ini mulai pudar dan berubah. Selain itu hal yang dominan adalah konsep gotong
royong,kebersamaan menjadi hal yang paling utama
3. Letak Perbedaan Antara Kebudayaan Barat dan Timur
Secara umum perbedaan antara kebudayaan barat dan timur ada 19 item yaitu:
- Opini/Pendapat
Orang Timur cenderung berbelit-belit dalam hal berargumen, terkadang harus berputar-putar dulu untuk mengatakan sesuatu, padahal maksudnya/tujuannya tidak serumit yang dimaksud. Sangat berbeda dengan orang Barat, mereka langsung ke pokok masalah dan mereka nggak biasa basa-basi.
- Waktu
Orang Timur terkenal kurang menghargai waktu kalau ada janji kadang tidak tepat waktu. Berbeda dengan orang Barat mereka sangat menghargai waktu, sebab mereka paling enggak suka kalau janji jam karet alias telat waktu.
- Gaya Hidup.
Orang Timur khususnya Indonesia sangat senang kalau tetap deket sama keluarga, makan kaga makan yang penting kumpul. Berbeda dengan orang Barat mereka cenderung individualis.
- Hubungan.
Karna orang Timur sangat bersosialisasi atau menjalin hubungan lebih komplek, makanya situs jaring Facebook ataupun Friendster lebih banyak diminati oleh orang Timur, khususnya Indonesia. Berbeda dengan orang Barat mereka lebih individualis/sangat jarang menjalin hubungan dangan orang lain.
- Perayaan / Pesta
Jika ada perayaan atau pesta orang Timur lebih suka mengundang orang sebanyak, mungkin kalau sedikit rasanya nggak afdol / (kaga sah kali ya), Contohnya dalam acara pernikahan, benar-benar pemborosan, berbeda dengan orang Barat, mau acara pernikahan saja undangannya lewat Fax. dan nggak semua orang diundang, cukup kerabat atau teman dekat, lebih sederhana dan nggak boros biaya.
- Terhadap Sesuatu yang Baru
Orang Timur kalau ada sesuatu yang baru, belum puas kalau belum sampai memilikinya, makanya nggak heran kalau orang Indonesia banyak yang konsumtive, punya handphone gonta ganti, bahkan ada yang koleksi HP, mobil tiap tahun gonta-ganti, hanya karena nggak mau ketinggalan model. Berbeda dengan orang Barat Barat kalau ada sesuatu yang baru, tidak serta merta keblinger pengen tahu dan pengen memiliki atau memakainya , hanya sekedar tahu saja.
- Anak
Dikeluarga orang Timur terutama di Indonesia, perlakuan orang tua terhadap anak sudah sangat memanjakan, sehingga anak tidak mandiri, sampai usia dewasapun sang orang tua tetap masih aja ngurusin anaknya, dengan harapan keturunan mereka bisa lebih langgeng dan sukses. Berbeda dengan keluarga orang Barat, anak-anak mereka dididik supaya mandiri semenjak kecil, setelah dewasa orang tua sudah melepaskannya.
- Trendi
Jika orang Barat lebih seneng sesuatu yang berbau traditional dan alami, kebalikannya kalau orang Asia belum disebut trendi kalau tidak bergaya ke barat-baratan, contoh : orang Timur lebih merasa gengsi kalau makan di tempat fast food, padahal dinegara asalnya makanan tersebut bisa dibilang makanan biasa saja.
- Atasan/Bos
Ini yang menarik, orang Timur/Asia umumnya memperlakukan atasan lebih dari yang lainnya, dan sang atasannya pun senang diperlakukan seperti itu. Berbeda jika di Barat, atasan tidak terlalu menonjolkan diri sebagai yang punya kuasa penuh, tetap sejajar dengan bawahan, namun tetap punya kekuasaan dan diakui sebagai atasan.
- Masa Tua
Kalau orang Timur masa tua lebih banyak ngurusin cucu, kalau di Barat nggak ada namanya ngasuh cucu, paling banter sekedar ketemuan itu pun kalau kangen saja, karena hidupnya sudah masing-masing.
- Transportasi
Dahulu orang Barat sewaktu muda lebih suka pakai mobil, sekarang malah lebih suka pakai sepeda, mungkin karena faktor pentingnya kesehatan berbeda dengan orang Timur, kalau dulu masih pakai sepeda (mampunya beli sepeda) sekarang sudah harus pakai mobil, kalau mampu lagi pakai supir pribadi.
- Di Tempat Makan
Ditempat makan, kalau orang Barat cenderung tertib jika sedang makan, nggak rame dan seberisik orang Timur.
- Wisata
Kalau lagi wisata, orang Timur paling suka foto-foto, sangat beda sama orang Barat, kalau ke tempat wisata mereka lebih suka mengamati keindahan suasana ketibang foto-foto.
- Keindahan Tubuh Ideal
Orang Barat merasa ideal punya warna kulit tubuh kecoklat-coklatan, makanya sering berjemur dipantai, beda kalau orang Timur terutama orang Indonesia, malah sangat mendambakan warna kulit putih.
- Menghadapi Masalah
Kalau orang Timur lebih umum berpikiran bagaimana supaya bisa menghindari masalah, berbeda dengan orang Barat, bagaimana jika saya menghadapi suatu masalah. Makanya jangan heran kalau di Indonesia orang mau sukses ambil jalan pintas, mau bisnis sukses, main suap rekan bisnis, mau anak sukses jadi pegawai negeri, main suap sana suap sini, mau jadi caleg, asal punya duit jadi deh nomor urut 1, nggak sedikit yang datang ke dukun supaya lebih tercapai cita-cita jadi anggota dewan.
- Marah
Kalau orang Barat lagi marah memang benar-benar marah, beda kalau orang Asia lebih banyak memedam amarah, terkadang ada istilah dibalik senyuman ada kebencian.
- Percaya Diri
Suka tidak suka orang Barat lebih percaya diri dibanding orang Timur.
- Hari Minggu
Orang Timur lebih suka menghabiskan waktu hari libur Sabtu dan Minggu pergi jalan-jalan sekedar pergi ke Mall, nonton bisokop, kongkow-kongkow, beda dengan orang Barat, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibanding pergi jalan-jalan.
- Makan
Umumnya orang Barat makan dibagi 3, makan pembuka, makanan Utama, dan makanan penutup, beda kalau orang Timur ketiga-tiganya makanan utama.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar