1. Ilmu Pengetahuan
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any
organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum
abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik
atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik,
seperti metafisika.
Adapun beberapa
definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005
diantaranya adalah :
·
Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
·
Ralph Ross dan Ernest
Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah
yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
·
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
·
Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun
dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
·
Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh
dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang
pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu
didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada
ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka
“.
·
Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat
dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum,
yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di
atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan
pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah
informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme
tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung
kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik
berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih
cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Ilmu pengetahuan pada
dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya
yaitu ; ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Epistemologis hanyalah
merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh
ilmu pengetahuan. Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh
pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup ujud yang menajdi objek
penelaahannya. Atau dengan kata lain ontologism merupakan objek formal dari
suatu pengetahuan. Komponen aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan
atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
2. Sikap Ilmiah
Sikap
ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang
peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baikdan hasil yang baik
pula, peneliti harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
·
Mampu Membedakan Fakta dan Opini
Fakta adalah suatu kenyataan
yang disertai bukti-bukti ilmiah dandapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,
sedangkan opini adalahpendapat pribadi dari seseorang yang tidak dapat dibuktikankebenarannya
sehingga di dalam melakukan studi kepustakaan, seorangpeneliti hendaknya mampu
membedakan antara fakta dan opini agarhasil penelitiannya tepat dan akurat
serta dapat dipertanggungjawabkankebenarannya.
·
Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan
Argumentasi
Peneliti yang baik selalu
mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada dalam satu ruang dengan orang
lain. Begitu juga pada saatbertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil
penelitiannya akansenantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari
perdebatansecara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani
mempertahankankebenaran yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya
sudahdilengkapi dengan fakta yang jelas sumbernya.
·
Mengembangkan
Keingintahuan
Peneliti yang baik senantiasa
haus menuntut ilmu, ia selalu berusahamemperluas pengetahuan dan wawasannya,
tidak ingin ketinggalaninformasi di segala bidang, dan selalu berusaha
mengikuti perkembanganilmu pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.
·
Kepedulian terhadap Lingkungan
Dalam melakukan penelitian,
peneliti yang baik senantiasa peduliterhadap lingkungannya dan selalu berusaha
agar penelitian yangdilakukannya membawa dampak yang positif bagi lingkungan
dan bukan sebaliknya.
3. Teknologi
Teknologi adalah
pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua
alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk
mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Selain menimbulkan
dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan
kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak negatif jika
tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi
adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin
bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang
berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.
4. Ciri-Ciri Fenomena Teknik
Pada Masyarakat
Fenomena teknik pada
masyarakat masa kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia
berikut :
·
Rasionalistas, artinya tindakan
spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan
perhitungan rasional
·
Artifisialitas, artinya selalu membuat
sesuatu yang buatan tidak alamiah
·
Otomatisme, artinya dalam hal
metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga
dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan
teknis
·
Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
·
Monisme, artinya semua teknik
bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
·
Universalisme, artinya teknik
melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai
kebudayaan
·
Otonomi artinya teknik
berkembang menurut prinsip-prinsip
Teknologi yang
berkembang degnan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya
bidang teknik digambarkan sebagai berikut :
·
Teknik meluputi bidang
ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri.
Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi
ekonomi
·
Teknik meliputi bidang
organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan
militer
·
Teknik meliputi bidang
manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia,
manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur
pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
5. Ciri-Ciri Teknologi
Barat
·
Serba intensif dalam
segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga
lebih akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.
·
Dalam struktur sosial,
teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
·
Kosmologi atau pandangan
teknologi Barat adalah: menganggap dirinya sebagai pusat yang lain.
6. Ilmu
Pengetahuan,Teknologi Dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan
teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya
tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada
hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu dapatlah dipandang
sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika (Jujun S.
Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan hasil
dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik
secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai
produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang diakui secara
umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya,
sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat
ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain universal,
komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah
menerima kebenaran.
Istilah ilmu diatas,
berbeda dengan istilah pengetahuan. Ilmu adalah diperoleh melalui kegiatan
metode ilmiah (epistemologi) yang merupakan pembahasan bagaimana mendapatkan
pengetahuan. Epistemologi ilmu terjamin dalam kegiatan metode ilmiah
Sedangkan pengetahuan adalah
pikiran atau pemahaman diluar atau tanpa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat
dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber
pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense)
yang disertasi mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa
pembalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para
Nabi atau UtusanNya).
Ilmu pengetahuan pada
dasarnya memiliki 3 (tiga) komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya
dimana ketiganya erat kaitannya dengan nilai moral yaitu:
·
Ontologis (Objek Formal
Pengetahuan)
Ontologis
dapat diartikan hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup wujud yang menjadi objek penelaahannya
·
Epistemologis
Epistemologis
seperti diuraikan diatas hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi tubuh pengetahuan.
·
Aksiologis
Aksiologis adalah asas
menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan ilmu dan teknologi dengan nilai moral, berasal dari
ekses penerapan ilmu dan teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi
menjadi dua golongan:
·
Golongan yang menyatakan
ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara
ontologis maupun aksiologis, soal penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu
sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau buruk. Golongan ini berasumsi
bahwa kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga nilai-nilai
kemanusiaan lainnya dikorbankan demi teknologi.
·
Golongan yang menyatakan
bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam batas-batas metafisik
keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada
asas-asa moral atau nilai-nilai. Golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah
mengetahui ekses-ekses yang terjadi apabila ilmu dan teknologi disalahgunakan.
Nampaknya ilmuwan
golongan kedua yang patut kita masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan terbebas
dari kecenderungan “pelacuran” dibidang ilmu dan teknologi dengan mengorbankan
nilai-nilai kemanusiaan.
7. Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan
lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
·
Persepsi manusia
terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
·
Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
·
Kebutuhan objectif
manusia untuk bisa hidup secara manusiawi:
8. Ciri-Ciri Kemiskinan
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang
diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai
yang dimiliki. Dalamhal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap
posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan,
melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya.
Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh
komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori
cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim
dan lingkungan yang dialaminya.
Berdasarkan ukuran ini
maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai
berikut :
·
Tidak memiliki
factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
·
Tidak memiliki
kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti
untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
·
Tingkat pendidikan
mereka rendah, tidak sampai taman SD
·
Kebanyakan tinggal di
desa sebagai pekerja bebas
·
Banyak yang hidup di
kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
9. Fungsi Kemiskinan
Jika kita menganut teori fungsionalis dan statistika
(Davis), maka kemiskinan memiliki sejumlah fungsi :
1.
Fungsi ekonomi :
penyediaan dana untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka
lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas.
2.
Fungsi sosial :
menimbulakan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi
kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan
merangsang munculnya badan amal.
3.
Fungsi kultural :
sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan
memperkaya budaya saling mengayomi antara sesama manusia.
4.
Fungsi politik :
sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk saling bersaing
bagi kelompok lain.
SUMBER :
https://mfaisalkemal.wordpress.com/2012/12/24/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-kemiskinan-serta-agama-dan-masyarakat/
0 komentar:
Posting Komentar