KONSERVASI DESA SHIRAKAWA

Posted by Alviansyah Yudhistiro on Senin, Juni 17, 2019


Gambar 1 : Perkampungan penduduk dengan rumah tradisional Gasshou style di Desa Shirakawa
Sumber : www.google.com
Desa Shirakawa terletak di Propinsi Gifu daerah Jepang tengah, yang ketika musim dingin akan menerima anugerah salju yang sangat tebal. Desa ini memiliki potensi permukiman tradisional dengan rumah-rumah petani yang   style. Memahami bahwa permukiman tradisional mereka cukup rentan oleh perubahan seiring dengan perkembangan jaman, penduduk desa tersebut secara bertahap melakukan serangkaian kegiatan preservasi yang simultan dan terus menerus. Kegiatan pelestarian permukiman tradisional tersebut mewujud dalam kemasan desa wisata. Namun pelaksanaan kegiatan desa wisata ini berbasis pada keinginan bersama masyarakat setempat untuk melestarikan warisan nenek moyoang. Contoh partisipasi masyarakat yang dapat disampaikan di sini salah satunya adalah sebuah bentuk kerjasama anggota-anggota masyarakat dengan Pemerintah dalam hal preservasi bangunan rumah tradisional di daerah Shirakawa, Propinsi Gifu, Jepang (Pramitasari, 2012). Dalam kasus ini, Pemerintah Daerah yang dimaksud adalah Dinas yang membidangi kegiatan penataan ruang dan kawasan dan tugas tersebut dijalankan oleh staf yang berlatarbelakang bidang arsitektur. 

Projek ini berawal dari kepedulian masyarakat mengenai apa yang sudah dimiliki oleh masyarakat sejak dulu kala dan apa yang akan dicapai atau diinginkan mereka di masa yang akan datang.
Untuk menjaga apa yang sudah dimiliki tersebut, masyarakat dengan difasilitasi oleh Pemerintah kemudian membentuk organisasi (sejak 42 tahun yang lalu) dengan anggota penduduk yang tinggal di area tersebut, yang bertujuan mengawal proses preservasi. Organisasi masyarakat tersebut kemudian menyusun guideline untuk memelihara warisan leluhur mereka dengan dibantu oleh 

Pemerintah. Yang menarik adalah, prinsip-prinsip konservasi dan preservasi diberlakukan pada semua sumber daya yang ada di area dan masyarakat tersebut, meliputi: gaya arsitektur rumah tradisional setempat (Gasshou style), cara hidup masyarakat, ladang, hutan dan pegunungan (mountains). Masyarakat beranggapan bahwa identitas akan hilang apabila tidak dipreservasi dengan sebaik-baiknya dan berkesinambungan. Semua kegiatan yang diselenggarakan/dilakukan oleh masyarakat di area tersebut akan terikat dengan 4 perjanjian, yaitu:
·           No sale, no rent, no demolition; untuk segenap sumnber daya
·           Melindungi alam
·           Melestarikan rumah Gasshou
·           Melestarikan adat budaya (festival tradisional, tari, makanan khas, dll)
·           Keempat hal tersebut sampai saat ini masih dipakai sebagai pegangan oleh masyarakat.
Masyarakat Desa Shirakawa bersepakat untuk tidak mengandalkan modal dari luar untuk membangun kehidupan mereka, khususnya dalam hal preservasi dan konservasi. Hal ini bertujuan untuk melindungi wilayah dan kehidupan mereka agar tidak dikendalikan oleh pihak luar. Dalam perkembangannya, masyarakat setempat kemudian mengembangkan semacam desa wisata untuk memberdayakan masyarakat setempat, meningkatkan pendapatan sekaligus merawat warisan leluhur mereka (Pramitasari, 2012).
Gambar 2 : Suasana Desa Shirakawa pada pertengahan musim dingin
Sumber : www.google.com
Di dalam desa wisata tersebut, penduduk tetap tinggal dan menjalankan kehidupan seperti biasa dalam prinsip-prinsip preservasi yang telah disepakati bersama oleh masyarakat. Selain itu, terdapat pula beberapa amenitas yang tersedia untuk melayani tamu-tamu yang datang untuk menikmati dan mengeksplor segala sesuatu yang ada di desa. Amenitas tersebut meliputi toko souvenir dan akomodasi berupa penginapan berbentuk rumah tradisional yang diselenggarakan oleh penduduk (dalam Bahasa Jepang disebut minshuku). Tamu atau wisatawan yang menginap di rumah tradisional tersebut akan merasakan tinggal di tengah keluarga penduduk desa. Penginapan dilengkapi dengan fasilitas parkir untuk kendaraan tamu.
Gambar 3 : Penginapan yang dijalankan oleh penduduk setempat, menggunakan bangunan tradisional Gasshou.
Sumber : www.google.com
Di sela-sela rumah-rumah yang tersebar di desa tersebut, terdapat kebun-kebun yang dikelola oleh masyarakat setempat. Pada umumnya hidangan yang disajikan untuk makan malam dan makan pagi tamu menginap berasal dari kebun penduduk sendiridan sebagian diambil dari hutan di gunung yang terletak di belakang rumah mereka (biasanya yang diambil adalah jamur dan tanaman sejenis pakis).
Desa wisata dengan konsep menjaga keberlangsungan baik aspek bangunan tradisional sebagai warisan leluhur maupun alam, budaya dan cara hidup masyarakat lokal, terbukti mampu menjaga kelestarian segenap isi dari permukiman tradisional ini.
Gambar 4 : Di dalam perkampungan terdapat beberapa rumah tradisional yang difungsikan sebagai toko souvenir 
Sumber : www.google.com

Rumah-rumah tradisional di Shirakawa-go ini semua bergaya Gassho-zukuri. Model rumah gassho-zukuri ini juga disebut sebagai”konstruksi rumah berdoa” dikarenakan memiliki atap yang miring dan terlihat seperti dua tangan yang sedang berdoa. Atap rumahnya terbuat dari tumpukan jerami namun sangat kokoh mengingat Shirakawa-go selalu tertutup salju yang tebal saat musim salju.
Desa Ogimachi merupakan desa terbesar di Sirakawa-go dan paling banyak rumah tradisionalnya. Rata-rata rumah-rumah tradisional di Shirakawa ini berusia sekitar 250 tahun. Banyaknya rumah-rumah tradisional gassho-zukuri inilah akhirnya UNESCO menetapkan Shirakawa-go menjadi situs warisan budaya dunia.
Gambar 5 : Pemasangan Rangka Atap
Sumber : www.google.com
Rumah Gassho terdiri dari 3 sampai 4 lantai. Fungsi rumah ini sekaligus dapat mengakomodasi kegiatan bertani masyarakat Desa Shirakawa. Lantai 1 digunakan untuk aktivitas keluarga, terdapat ruang tengah yang menjadi pusat kegiatan yang terdapat irari. Irari adalah perapian yang berfungsi sebagai ruang makan, ruang pemanas dan memasak. Letaknya di tengah ruangan yang tingginya menerus sampai ke atap. Asap dari irari ini dapat sekaligus berfungsi sebagai pengawet alami balok-balok kayu dan jerami yang menjadi penutup atap. Selanjutnya, lantai 2 – 4 rumah Gassho berupa loteng. Karena letak Desa Shirakawa yang terisolasi dan musim panen yang terbatas karena perubahan iklim yang ekstrim, petani di desa ini mendapatkan cadangan ekonomi dari pembuatan kertas washi (kertas tradisional Jepang) dan peternakan ulat sutra rumahan. Lantai 2 – 4 adalah tempat para petani Shirakawa untuk menyimpan hasil pertanian dan mengakomodasi usaha lainnya tersebut, salah satunya dengan menyediakan nampan-nampan tempat ulat sutra berkembangbiak.  Lokasi loteng digunakan karena terdapat jendela-jendela besar di atap yang memberi jalan sinar matahari dan angin untuk masuk sebagai nutrisi perkembangbiakan ulat sutra.

Atap adalah salah satu yang menjadi karakteristik kuat dari Rumah Gassho. Atap tersebut adalah simbol dari tangan berdoa dalam agama Budha. Atap Gassho terbuat dari jerami hasil pertanian warga yang sangat tebal dengan kemiringan yang curam hingga 60 derajat, sehingga salju tidak mudah menembus ke dalam rumah dan mudah dibersihkan. Atap ini dapat bertahan hingga 30 tahun. Pengawetannya selain dari asap pembakaran di perapian, setiap tahunnya pada Bulan November disiram dengan air dari selang otomatis yang tersebar di beberapa titik di perdesaan, yang terhubung dengan tangki bawah tanah.

Pemasangan atap dilakukan dalam waktu sehari secara bergotong royong. Cara pemasangan atap yang bersama-sama dengan melibatkan tetangga disebut Yui. Jerami yang digunakan biasanya dipanen saat musim gugur, lalu dikeringkan dan siap dipasang di musim semi atau gugur selanjutnya. Di hari pemasangan, masyarakat desa akan berkumpul di pagi hari dan bekerja seharian untuk memasang atap ini. Dimulai dari pemasangan scaffolding, lalu atap lama dibongkar dan kemudian dipilih, mana yang masih bisa digunakan dan mana yang tidak. Jerami yang masih bagus akan diikat bercampur dengan atap baru dan digunakan untuk atap yang paling atas. Pemasangan atap terdapat tiga tumpuk dan kemudian disambung dengan bagian samping atap. Proses penyambungan ini bernama HAFU-JIRI. Lis atap yang digunakan untuk mengikat atap jerami itu harus memiliki kemiringan yang pas, dan dibuat orang yang ahli, disebut OJIRI. Karena jika kemiringan tidak pas, akan ada kebocoran saat hujan dan salju ke dalam rumah. Setelah selesai pemasangan, semua pekerja akan makan malam bersama untuk melepas lelah.

Seiring dengan perkembangan zaman, mulai banyak masyarakat yang memilih material atap yang lebih mudah ditemukan, seperti seng. Meski begitu, masih ada 117 unit rumah Gassho yang dipertahankan di Desa Shirakawa. Ada yang masih berfungsi sebagai rumah penduduk lokal, ada juga yang sudah dialihfungsikan menjadi museum, restoran, dan penginapan keluarga.


REFRENSI


Nama Anda
New Johny WussUpdated: Senin, Juni 17, 2019

0 komentar:

Posting Komentar