KONSERVASI JAM GADANG BUKITTINGGI

Posted by Alviansyah Yudhistiro on Senin, April 22, 2019


Gambar 1 : Jam Gadang Bukit Tinggi
Sumber : www.google.com
Jam Gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi, Sumbar, yang areanya juga berdekatan dengan kawasan benteng Fort de Kock. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minang Kabau yang berarti "jam besar".

Selain sebagai penanda kota Bukittinggi, Jam Gadang juga telah dijadikan sebagai objek wisata dengan diperluasnya taman di sekitar menara jam ini. Taman tersebut menjadi ruang interaksi masyarakat baik di hari kerja maupun di hari libur. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini.

SEJARAH BANGUNAN
Gambar 2 : Jam Gadang Zaman Dahulu
Sumber : www.google.com
Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang kota Bukittinggi ) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Yazin Sutan Gigi Ameh, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.

Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda dan juga titik nol kota Bukittinggi.

Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam penduduk Jepang diubah menjadi bentuk klenteng. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau.
 Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan kedutaan besar Belanda di Jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010.

STRUKTUR BANGUNAN
Gambar 3 : Interior Jam Gadang
Sumber : www.google.com
Jam Gadang memiliki denah dasar seluas 13 x 4 meter. Bagian dalam menara jam setinggi 26 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat gempa pada tahun 2007.

Terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur dan digerakkan secara mekanik oleh mesin Big Ben di London, Inggris. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892. yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri

Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Campurannya hanya kapur, putih telur, dan pasir putih. Keunikan dari Jam Gadang sendiri adalah pada kesalahan penulisan Angka Romawi empat (IV) pada masing-masing jam yang tertulis "IIII". Kesahalan penulisan tersebut juga sering terjadi di belahan dunia, seperti angka 9 yang ditulis "VIIII" (seharusnya IX) ataupun angka 28 yang ditulis "XXIIX" (seharusnya XXVIII).
  
DESKRIPSI KAWASAN DAERAH 
 Gambar4 : Kawasan Jam Gadang
Sumber : www.google.com
Di kawasan ini ditanam sejumlah pohon sehingga makin terasa rindang. Pemerintah daerah juga melengkapinya dengan kursi-kursi beton untuk bersantai. Taman ini selalu ramai, mulai pagi, siang, sore hingga malam hari. Tua muda selalu memanfaatkan kawasan ini untuk bersantai. Bahkan, banyak orang tua muda membawa putra-putrinya bermain di tempat ini pada sore hari.

Di kawasan ini juga tersedia andong atau sado yang disebut Bendi untuk berkeliling-keliling di kawasan pusat kota. Di dekatnya, terdapat pula Pasar Atas yang merupakan pusat perdagangan di Bukittinggi. Jam Gadang biasanya menjadi sentra para wisatawan sebelum beranjak ke obyek wisata lainnya. Memilih beberapa penginapan yang berserakan di sekitar kawasan Jam Gadang juga dapat menjadi pilihan jika ingin secara leluasa melihat jam ini berpose pada waktu terang ataupun gelap, yaitu di sepanjang Jalan Laras Dt. Bandaro-jalan Soekarno Hatta-Jalan Dr. A. Rivai-Jalan Jenderal Sudirman.jika datang ke kawasan ini tanpa kamera, pengunjung dapat memanfaatkan jasa fotografer keliling untuk mengabadikan diri dengan latar belakang Jam Gadang. Jam ini juga sangat dekat dengan kawasan taman Bung Hatta.   

REKONTRUKSI 2017
Gambar 5 : Rekontruksi Jam Gadang
Sumber : www.google.com

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya akan membangun kembali (rekonstruksi) Pasar Atas Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat. Pasar di kawasan wisata Jam gadag itu terbakar pada akhir Oktober 2017 lalu.

Pasar Atas merupakan salah satu pasar bersejarah di Kota Bukittinggi dengan aktivitas ekonomi yang cukup tinggi dan komoditas perdagangan beragam. Kebakaran yang melanda Pasar Atas tersebut mendapat perhatian langsung dari Wakil Presiden Jusuf Kalla saat melakukan peninjauan pada November 2017 lalu didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Sementara itu Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja menambahkan, area pasar yang akan dibangun sudah siap untuk peletakan batu pertama (groundbreaking) setelah lebaran 2018.

"Jika berkenan, Presiden Joko Widodo yang akan melakukan groundbreaking. Namun jika berhalangan, tetap akan dimulai pembangunannya dan kemungkinan beliau akan meninjau saat proses pembangunan berjalan," kata Endra di Padang, Senin (21/5/2018). Pasar ini penting untuk denyut nadi Kota Bukittinggi dan memiliki nilai sejarah, karena Bukittinggi pernah jadi ibu kota (sementara) negara RI

Pada tahun 2018, Kementerian PUPR telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 59 miliar untuk memulai pembangunan fisik, dan selanjutnya untuk tahun depan dianggarkan sebesar Rp 295 miliar.
"Hampir Rp 355 miliar untuk renovasi (total) pasar dari APBN sesuai perintah Pak Presiden. Tapi desainnya sebagian dari Pemerintah Kota Bukittinggi," katanya.

 Anggaran tersebut akan digunakan untuk pekerjaan bangunan gedung Pasar Atas seluas 39.200 meter persegi dan dapat menampung kios ukuran 3x4 meter sebanyak 763 unit, lapak 1,5x2 meter sebanyak 542 unit, dan parkir 400 kendaraan roda 4. Pasar ini nantinya akan memiliki tiga lantai dan satu basement untuk parkir kendaraan. Rekonstruksi Pasar Atas menggunakan desain baru dengan konsep green bulding dengan sirkulasi yang lebih baik.

REVITALISASI 2018
Gambar 6 :  Jam Gadang Saat Ini
Sumber : www.google.com

Objek wisata Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat sudah diubah dengan kondisi kekinian. Panorama di sekitar Jam Gadang kini sudah dilengkapi dengan air mancur yang dilengkapi dengan pencahayaan lampu warna-warni. Jika air mancur itu dilihat pada malam hari, maka akan terlihat air berwarna-warni di sekitar Jam Gadang. Ujicoba air mancur menari itu dilakukan pada Jumat (14/12/2018) malam.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kota Bukittinggi Erwin Umar meyakini, rencana revitalisasi tersebut bakal lebih menarik wisatawan, baik domestik dan mancanegara.
“Wisata jalan kaki ini diyakini menjadi tujuan. Sebab, dengan pemandangan alami, pengunjung dapat lebih menikmati suasana jam gadang dengan situasi menyenangkan,” ujarnya kepada sejumlah wartawan, Kamis (4/1).Tender revitalisasi jam gadang itu, imbuhnya akan dimulai pada awal Januari 2018. Ditargetkan, proyek senilai Rp 25 miliar itu akan mulai dikerjakan pada Maret 2018 dengan target pengerjaan 1 tahun.

 “Revitalisasi ini akan dibuat tiga spot pertunjukan seni budaya. Taman mewah, parkir kendaraan sepeda motor dan mobil. Serta, air mancur warna-warni dan kawasan pendestrian bagi pejalan kaki,” terangnya. Dalam perencanaannya, revitalisasi ini masuk dalam zona satu yang dimulai dari rumah makan simpang Raya, Bank BRI, Istana Bung Hatta, Tugu Pahlawan Tak Dikenal, dan Patung Bung Hatta. Sedangkan untuk zona 2, 3 dan 4 akan dibangun pada tahap selanjutnya di tahun berikutnya dengan pembiayaan yang baru.

“Pemko Bukittinggi fokus pada zona satu terlebih dahulu, perlahan kita Pemerintah Kota Bukittinggi akan memberikan kejutan kepada pengunjung sehingga pengunjung dan masyarakat Bukittinggi merasa nyaman,” bebernya.

REFRENSI





Nama Anda
New Johny WussUpdated: Senin, April 22, 2019

0 komentar:

Posting Komentar