BAB
I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
KRITIK ARSITEKTUR
Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari
hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Disitu orang merekam
dengan berbagai indra kelimanya kemudian mengamati, memahami dengan penuh
kesadaran dan menyimpannya dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan
dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya.
B. METODE
KRITIK ARSITEKTUR
Terdapat beberapa jenis metode dalam kritik
arsitektur yaitu :
1.
Kritik
Normatif
Kritik normatif ini mempunyai standar nilai
berupa; doktrin, sistem, tipe atau ukuran. doktrin bisa jadi sebgai pujian atau
sebaliknya,sedangkan sistem bisa menyangkut lebih luas pemaknaannya karena ada
saling sangkut paut antara komponen yang satu dengan komponen yang lain. Contoh
kritik normatifnya "sistem" versi Vitruvius, dia memandang sebuah
bangunan adalah pengubah iklim,pengubah perilaku,pengubah budaya,pengubah
sumber daya. Kritik Arsitektur Normatif dibagi dalam beberapa metode,
yaitu :
a. Metode
Doktrin merupakan metode yang dilihat dari aliran
atau nilai-nilai sosial. Contohnya, seperti disaat kita membuat sebuah tema
perancangan bentuk arsitektur. Tema tersebut adalah doktrin yang kita buat
untuk meyakinkan diri sendiri tentang apa yang ingin kita buat.
b. Metode
Tipikal merupakan metode yang mempunyai uraian
urutan secara tersusun. Kebiasaan yang terarah. Contohnya, bangunan rumah
tinggal, secara tipikal dimana pun selalu memiliki kamar tidur, ruang keluarga,
ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi/toilet, dan ruangan lain.
c. Metode
Ukuran merupakan metode dengan ukuran yang
dijadikan sebagai patokan untuk menilai namun pada akhirnya kecenderungan
relativitas akan lebih berperan. Sifatnya akan berakhir tidak pasti, relatif,
sesuai dengan pemahaman yang diinginkan masing-masing. Contohnya, disaat kita
membuat denah suatu bangunan biasanya ukuran ruang bangunan tersebut berpatokan
pada data arsitek namun pada akhirnya ukuran ruang bangunan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-masing.
2.
Kritik
Penafsiran
Kritik ini biasanya bersifat subyektif tidak
didasarkan pada data / pedoman baku dari luar, untuk memperhalus kritik salah
satunya menggunakan analogi-analogi. hasilnya akan meningkatkan emosi bagi
pendengar setelah itu terpengaruh atau menolak. Jika ada penolakan dari
pendengar maka akan timbul kritik evokatif ( pembelaan ). Kritik
Arsitektur Penafsiran dibagi dalam beberapa metode, yaitu :
a. Metode
Advokasi merupakan metode dengan cara mengarahkan
pada suatu topik yang dianggap perlu untuk di perhatikan secara seksama tentang
karya arsitektur. Contohnya, kritikus membantu kita melihat manfaat yang telah
dihasilkan sang arsitek melalui karya arsitekturnya dan berusaha menemukan
pesona yang awalnya kita kira hanya sebuah karya seni menjemukan.
b. Metode
Evokatif merupakan metode dengan cara menggugah
pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu karya arsitektur.
Contohnya, mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang serupa
sebagaimana dirasakan kritikus terhadap suatu karya arsitektur.
c.
Metode
Impresionistik merupakan metode dengan cara menggunakan
karya seni atau bangunan lain sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
Contohnya, menggunakan karya arsitektur Le Corbusier sebagai inspirasi untuk
karya arsitektur kita sendiri.
3.
Kritik Deskriptif
Kritik deskriptif, tidak menilai ,tidak
menafsirkan namun yang terpenting menggambarkan sesuatu yang ada, tanpa ada
tambahan-tambahan yang mengaburkan. Kritik Arsitektur Deskriptif dibagi
dalam beberapa metode, yaitu :
a. Metode
Depiktif merupakan metode yang menyatakan apa yang
sesungguhnya ada dan terjadi secara nyata. Contohnya, saat melakukan survei
lokasi untuk pembangunan yaitu bagaimana pun kondisi site dipaparkan dengan apa
adanya tanpa di kurang-kurangi atau di lebih-lebihkan.
b. Metode
Biografis merupakan metode yang hanya mencurahkan
perhatiannya kepada sang arsitek yang membuat karya arsitektur tersebut,
khususnya aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan
sang arsitek sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap
intensitasnya pada karya-karyanya secara spesifik. Contohnya, pengaruh kesukaan
Frank Llyod Wright saat remaja pada permainan lipatan kertas terhadap
bangunan-bangunan yang dirancangnya, informasi seperti ini memberi kita
kesempatan untuk lebih memahami dan menilai sang arsitek terhadap
karya-karyanya.
c. Metode
Kontekstual merupakan metode yang membahas dengan teliti
untuk lebih mengerti suatu karya arsitektur. Contohnya, proyek apa yang sedang
dibangun, mengapa proyek tersebut dibangun, siapa arsiteknya, dan pertanyaan
lain mengenai karya arsitektur tersebut hingga ke akarnya.
C. LINGKUNGAN
(SETTING) KRITIK ARSITEKTUR
Lingkungan kritik arsitektur adalah lingkup
pembagian kritik arsitektur menjadi menjadi Self (diri), Authority (yang
berwenang), Expert (pakar), Peer (kelompok), dan Layman (orang awam).
1.
Kritik
Diri (Self Criticism)
Kritik diri adalah situasi dimana perancang
atau pembuat keputusan mengkritisi dirinya sendiri dalam proses perancangan.
Kritik model ini memusatkan perhatian pada pengkayaan pikiran diri. Dengan ini
diharapkan kritikus dapat lebih banyak mempelajari dan mengembangkan berbagai
fenomena yang muncul dalam situasi dan hukum-hukum perancangan. Kritik diri
merupakan kerja yang otoritasnya merupakan komposisi dari kegiatan :
-
Pengayaan/Penyaringan ( Labour of Shifting )
-
Penggabungan ( Labour of Combining )
-
Penyusunan ( Labour of Constructing )
-
Penghapusan ( Labour of Expunging )
-
Pembetulan ( Labour of Correcting )
-
Pengujian ( Labour of Testing )
Setidaknya ada tiga suara (bisikan) yang
secara psikologis menyertai diri ketika dihadapkan dalam usaha memecahkan
proses perancangan, yaitu :
· Suara
Keharusan ( The Should Voices )
Suara
yang berwenang (authority voices) mengatakan
pada diri bahwa diri naïf dan tidak kompeten dan menyatakan bahwa diri harus
lebih baik lagi;
Suara
umum (peer voice) mengatakan bahwa kita
professional dan harus mempertanggungjawabkannya. Secara psikologis should
(keharusan akan) dalam suara bisikan ini telah menjadi “obsesi neurotic”.
· Suara
Ketakutan ( The fear voices )
Ketakutan
pada Kegagalan ( Fear of Failure ) Adakalanya
ketika kritik telah kita lontarkan tiba-tiba diri merasa bahwa diri tidak mampu
bertindak semuanya. Apa yang dilakukan terasa salah dan akan gagal. Diri
ditempatkansedemikian rupa dalam kebenaran yang lain yang lebih terpercaya.
Ketakutan pada kegagalan menyeruak ketika diri dapat mengantisipasi suara
petuah dan suara umum dan juga tahu bahwa mereka benar.
Ketakutan
pada Kesuksesan ( Fear of Success ) Jika diri
sukses dalam tugas, maka sukses akan membawa tanggungjawab baru, standard yang
lebih tinggi dan tuntutan performa yang lebih baik lagi ke depan.
· Suara
peringatan ( The Cautionary voice )
Suara
peringatan mengklain lebih mengetahui diri dari pada diri saya sendiri. Suara-suara itu
ditemukan dalam serapan pengalaman dan kemampuan internal.
2.
Kritik
yang Berwenang (The Authoritative Setting)
Sumber kritik otoritas adalah kekuatan yang
melekat dalam posisi social. Hubungan secara hirarkis individu dengan pembuat
keputusan dan penentu kebijakan. Dalam kasus yang sama adalah dasar-dasar
kritik yang berlangsung dalam situasi pendidikan studioperancangan. Sekalipun
dalam banyak model pendidikan sebagaimana di Beaux Art Guru dipandang sebagai partner dalam proses pembelajaran.
Ada juga dalam model pendidikan kontemporer yang masih memandang guru secara
structural memiliki kepekaan untuk menyukai individu tertentu sebagai sebuah
figure yang semi otoriter.
Terdapat beberapa kesulitan dalam kritik yang
dilontarkan oleh pihak-pihak yang memiliki otoritas (John Wade, 1976):
- Peran juri yang berlaku sebagai
pihak yang memiliki otoritas menghakimi tetapi juga memilikikekauasaan
instruksional.
- Adanya fleksibelitas dalam
menetapkan nilai kritik yang dilancarkan- dimana kritikus meresponpada fakta
projek yang sedang dipresentasikan.
- Keputusan dipengaruhi oleh
situasi yang beragam yang dihadapi masing-masing pendidikan,keputusan yang
dilakukan secara acak terinspirasi dari solusi yang datang berdasarkan
pengaruh Tidak ada kualitas nilai yang
secara eksplisit tertuang dalam setiap keputusan.
3.
Kritik Pakar (Expert Criticsm)
Kritik biasanya berupa tulisan popular yang
dimuat di media massa. Pakar dalam hal ini biasanya adalah orang-orang jurnalis
yang memiliki kepekaan untuk membuat paparan dan pengumpulan fakta-fakta. Melalui
berbagai perangkat pengalamannya mereka mendemonstrasikan kemampuan
pemahamannya tentang isu-isu yang berkaitan dengan desain lingkungan. Oleh
karena itu Kritik pakar dipandang tidak memiliki kekuatan yang spesifik
melampaui apa yang dikritiknya. Dampaknya sangat bergantung pada kesan-kesan
yang lain yang berkait dengan pengetahuan secara khusus dan kemampuan
internalnya. Dua bentuk kritik pakar :
-
Kolom umum biasanya berupa
tulisan yangdikarakteristikkan sebagai berita pembentuk opini yang memiliki tendensi
pengajuan karakteristiktertentu yang diinginkan.
-
Berita Palsu, menyajikan samaran
dari sebuah berita dan upaya advertensi(pengiklanan).
4.
Kritik
Kelompok (Peer Criticism)
Kritik kelompok (peer criticism) tentang arsitektur kebanyakan berasal dari lingkungan
masyarakat dan institusi tertentu dalam juri penghargaan desain. Dalam hal ini
arsitek professional mengevaluasi dan memberikan pengetahuan khusus tentang
desain yang dibawa oleh para professional. Institusi lain dalam kritik kelompok
adalah buku atau artikel yang ditulis oleh para arsitek tentang arsitek-arsitek
lain.
Beberapa kriteria kualitas yang biasanya
menjadi poin-poin evaluasi dalam kritik kelompok :
-
Bangunan harus memiliki konsep
-
Bangunan harus mencerminkan
keteraturan struktur
-
Bangunan harus menghargai dan
respek terhadap lingkungan
-
Ruang harus peka terhadap emosi
lingkungan
-
Sangat disarankan untuk
menggunakan teknologi yang dipersyaratkan
-
Bangunan harus memiliki makna dan
ruang yang selalu bisa diingat dan lain sebagainya.
5.
Kritik
Awam (Layman Criticsm)
Kritik Awam lebih diarahkan pada pengguna
lingkungan fisik yang tidak menyadari bahwa lingkungan fisik diciptakan dan
tidak secara khusus dilatih sebagai desainer dan kritikus.
-
Beberapa kategori dasar respon
awam dalam memandang arsitektur :
-
Perhatian terhadap Lingkungan
-
Perilaku terhadap lingkungan
antara desain dan kebutuhan kondisi lingkungan yang diinginkan
-
Modifikasi terhadap lingkungan :
-
Yang tidak disadari
-
Yang disadari
(improvement/perbaikan).
-
Yang disadari (destruksi/penghancuran)
REFRENSI
0 komentar:
Posting Komentar